Lapisan kabut asap memaksa pemerintah Malaysia hari Selasa (15/9) untuk menutup sekolah di empat negara bagian, termasuk Kuala Lumpur, dan pesawat mulai melakukan operasi-operasi hujan buatan untuk membantu membersihkan udara.
Kabut asap putih kotor dan tebal menyelimuti banyak daerah di Malaysia, fenomena tahunan yang sebagian besar disebabkan oleh pembakaran hutan di Indonesia untuk membuka lahan. Sekitar 34 dari 52 stasiun kualitas udara mencatat tingkat udara yang tidak sehat Selasa pagi.
Sebuah pesawat yang dilengkapi zat-zat kimia untuk operasi hujan buatan akan terbang Selasa untuk mencakup Kuala Lumpur dan daerah sekitarnya, menurut pejabat senior departemen meteorolgi, Maznorizan Mohamad. Pesawat kedua dijadwalkan untuk terbang di atas Kuching di Sarawak, Kalimantan.
Ia mengatakan bahwa operasi hujan buatan itu direncanakan berlangsung tiga hari, namun bergantung pada adanya awan dan kondisi cuaca. Musim antar-monsoon diperkirakan akan mulai akhir September, membawa lebih banyak hujan di semenanjung Malaysia untuk membersihkan asap.
"(Hujan buatan) akan membersihkan udara untuk sementara namun kita harus menanggulangi sumber masalah," ujarnya.
Kementerian Pendidikan Malaysia sebelumnya telah memerintahkan sekolah-sekolah di Kuala Lumpur, ibukota administratif pemerintahan Putrajaya dan negara-negara bagian di selatan, yaitu Negeri Sembilan dan Malaka untuk tutup Selasa.
Provinsi Riau telah mengumumkan situasi darurat yang menutup sekolah dan membentuk pos-pos kesehatan untuk mengobati mereka yang menderita masalah pernafasan setelah indeks polutan udara mencapai tingkat-tingkat sangat berbahaya.
Di Singapura, polusi udara juga telah mencapai tingkat-tingkat tidak sehat. Para penyelenggara balap sepeda motor tahunan Formula One mengamati situasi untuk memutuskan apakah aman untuk tetap menggelar acara. Lomba selalu diadakan pada bulan-bulan ini, namun kabut asap tidak pernah menghalangi berlangsungnya acara sebelumnya.
Pemerintah Indonesia telah mengirimkan pesawat dan helikopter untuk melakukan hujan buatan dan menjatuhkan air, sekaligus mengirim lebih dari 1.000 tentara ke Sumatera untuk membantu memadamkan api.