Nikki Haley mengatakan di negara bagian asalnya, South Carolina, pada kampanye pertamanya untuk mencalonkan diri sebagai calon presiden, bahwa telah tiba bagi wajah-wajah baru untuk memimpin negara ini.
“Kami siap. Siap untuk bergerak meninggalkan ide-ide basi dan nama-nama masa lalu yang memudar. Dan kami sangat siap untuk generasi baru yang memimpin kami memasuki masa depan,” komentarnya.
Pernyataannya itu adalah yang paling dekat untuk menyebut Donald Trump yang mencalonkan diri lagi untuk menjadi presiden. Ia tidak menyinggung janjinya pada Desember 2021, yang menyatakan bahwa dia tidak akan mengajukan diri sebagai calon Presiden apabila Presiden Trump ikut dalam pencalonan tersebut.
Dalam pernyataannya kepada VOA melalui juru bicara kampanye, Trump mengingatkan janji Haley tersebut. Ia mengatakan kepada Haley bahwa: "Dia seharusnya mengikuti kata hatinya dan melakukan apa yang ingin ia lakukan. Saya doakan ia berhasil!."
Haley meluncurkan kampanye kepresidenannya melalui video online. Ia menggambarkan dirinya sebagai seseorang untuk masa depan partai.
"Partai Republik telah kehilangan suara rakyat dalam tujuh dari delapan pemilihan presiden terakhir. Itu harus berubah," serunya.
Cendekiawan senior dari American Enterprise Institute John Fortier mengatakan, Haley, putri imigran dari India itu, tidak akan menjadi lawan Trump yang paling sengit.
“Sebagai duta besar PBB, ia setia kepada Presiden Trump dan tidak memutuskan hubungan dengannya seperti yang dilakukan beberapa anggota Partai Republik. Jadi, menurut saya, hal semacam itu akan menjadi sisi positif bagi pemilih Republik dalam melihat kandidat baru. Sisi negatifnya, tidak jelas apakah ia memiliki jalur yang kuat atau cukup menarik bagi rakyat Amerika, bagi para pemilih partai Republik, seperti lainnya,” jelasnya.
Pernyataan Haley itu mungkin yang pertama di antara orang-orang Partai Republik yang berupaya menghambat kembalinya Trump ke Gedung Putih. Di antara mereka yang mempertimbangkan untuk mencalonkan diri menjadi presiden adalah tiga pria yang menjabat semasa pemerintahan Trump yaitu mantan wakil presiden, Mike Pence; mantan menteri luar negeri, Mike Pompeo; dan mantan penasihat keamanan nasional John Bolton.
Mengenai ini, Fortier mengatakan, “Nama besar lain dalam hal ini yang berpotensi sebagai pilihan selain Donald Trump adalah Gubernur Florida, Ron DeSantis. Saya pikir alasannya, karena ia memang menggambarkan diri sebagai gubernur negara bagian besar yang condong ke Partai Republik”.
Gubernur Florida itu berfokus pada perang budaya seperti halnya Trump dan diperkirakan akan menjadi calon unggul dari partai Republik dalam mengumpulkan dana. Itu mungkin membuatnya menarik bagi mereka yang setia pada partai yang menginginkan kandidat yang kuat untuk menghadapi calon dari Partai Demokrat yaitu Presiden petahana Joe Biden.
Jika jajak pendapat Nicki Haley terus dalam satu digit, ia mungkin akan lebih terlihat sebagai calon wakil presiden.
Sekelompok kandidat yang bersaing melawan mantan presiden dan satu sama lain itu, membuka jalan bagi Trump untuk mengulangi apa yang dilakukannya sebagai pendatang baru dalam politik pada 2016 yaitu. mempunyai dukungan yang cukup untuk merebut nominasi Partai Republik.[jm/rs],[ps/ka]
Forum