Mantan perdana menteri Inggris Liz Truss akan bergabung dengan mantan pemimpin Australia dan mantan pemimpin Belgia pada sebuah konferensi di Tokyo akhir bulan ini untuk menyerukan pendekatan internasional yang lebih keras terhadap China.
Aliansi Antarparlemen untuk China, sebuah kelompok anggota parlemen internasional yang prihatin tentang bagaimana negara-negara demokratis mendekati Beijing, mengatakan pada Jumat (3/2) bahwa Truss akan berbicara bersama mantan perdana penteri Australia Scott Morrison pada acara 17 Februari di Parlemen Jepang. Mantan perdana menteri Belgia Guy Verhofstadt, kini anggota parlemen Eropa, juga akan hadir.
Penyelenggara konferensi berharap acara tersebut akan membantu memacu diplomasi yang lebih terkoordinasi mengenai ancaman yang ditimbulkan oleh China, menjelang KTT Kelompok Tujuh (G7) berikutnya yang dijadwalkan pada bulan Mei di Hiroshima.
Truss diperkirakan akan menyoroti kekhawatiran yang berkembang terkait ancaman Beijing terhadap Taiwan, yang diklaim China sebagai wilayahnya sendiri. Morrison akan menyerukan sanksi yang lebih terarah terhadap para pejabat China atas pelanggaran HAM yang serius, sementara Verhofstadt akan berbicara tentang peran Uni Eropa dalam mempertahankan aturan internasional di bawah tekanan dari Beijing.
Ketiga mantan pemimpin itu akan berbicara kepada sekitar 40 anggota parlemen Jepang serta sejumlah legislator dari Inggris, Kanada, Uni Eropa, dan Taiwan. Para menteri senior Jepang juga diperkirakan akan hadir.
Truss menjauh dari pandangan publik sejak setelah mundur sebagai perdana menteri pada Oktober lalu setelah hanya 45 hari menjabat, setelah rencana ekonomi yang digelarnya memicu krisis politik dan keuangan.
Sewaktu menjabat menteri luar negeri ia blak-blakan mengkritik China dan menganjurkan hubungan yang lebih kuat antara negara-negara demokrasi sehingga mereka dapat melawan China dan Rusia dengan lebih efektif. Ia menyarankan agar Inggris bekerja sama dengan sekutu-sekutunya untuk memastikan Taiwan dapat mempertahankan diri dari agresi militer China.
Penggantinya, perdana menteri Inggris saat ini Rishi Sunak, menolak “retorika besar'' terhadap China dan menginginkan hubungan yang lebih ”pragmatis'' dengan Beijing. Sementara ia menyebut otoritarianisme China yang berkembang sebagai “tantangan sistemik,” ia tidak menggambarkan China sebagai ancaman terhadap keamanan Inggris dan mengatakan Inggris dan sekutunya perlu melibatkan Beijing dalam diplomasi. [ab/uh]
Forum