JAKARTA —
Namun, menurut Wakil Ketua Umum, KADIN Indonesia, Natsir Mansyur, upaya pemerintah tersebut tidak disertai dengan kebijakan selaras sehingga membuat pengusaha sulit dalam mengembangkan investasi dan kondisi tersebut berpegaruh negatif terhadap upaya peningkatkan kualitas produk.
Dalam pertemuan dengan para pengusaha dari Kamar Dagang dan Industri atau Kadin Indonesia, Rabu malam di Jakarta, Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi mengingatkan produk-produk buatan Indonesia sudah harus bersiap diri masuk ke pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
Untuk itu Menteri Lutfi berharap pengusaha mengembangkan usahanya agar invetasi di Indonesia terus bertambah, serta terus meningkatkan kualitas produk. Menteri Lutfi menegaskan tantangan bagi produk Indonesia bukan saja di pasar ASEAN melainkan juga di pasar global yang lebih besar seperti Amerika dan Eropa.
“Mau tidak mau, bisa atau tidak bisa kita akan dipaksa menuju kesana, dan ini adalah salah satu bagian yang musti kita kerjakan bersama, jadi tugas pemerintah memperjuangkan bersama-sama dengan swasta untuk diplomasi dengan luar negeri, pada saat yang bersamaan kita juga mesti memberikan satu acuan-acuan yang khusus kepada industri kita untuk bisa menghasilkan produk yang sustainable, ini adalah tren kita ke depan,” ujar Lutfi.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menambahkan, agar produk Indonesia mampu bertahan di pasar ekspor bahkan dapat semakin meningkat, harus mencari pasar baru selain ke negara-negara yang selama ini menjadi andalan tujuan ekspor Indonesia. Menurut Menteri Lutfi, sementara pengusaha terus berproduksi, pemerintah membantu membuka jalan ke berbagai negara agar produk buatan Indonesia dapat diterima.
“Terjadi perubahan-perubahan menuju kepada negara industrialis, survival untuk bisa bertahan harus mencari pasar baru, ini yang sekarang kami sedang lakukan bagaimana pendekatan persuasif untuk menciptakan diplomasi perdagangan kita,” paparnya.
Menurut Menteri Lutfi, Kementerian Perdagangan mencatat ke depannya nanti industri yang akan semakin berkembang dan memiliki peluang besar untuk bersaing dalam pasar ekspor adalah produk otomotif serta produk berasal dari kelapa sawit . Dua jenis usaha tersebut menurut Menteri Lutfi harus dimanfaatkan para pengusaha.
Pada kesempatan sama, kepada VoA, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia, Natsir Mansyur berpendapat, pengusaha pasti sangat menginginkan usahanya berkembang serta produknya mampu bersaing.
Namun, menurut Mansyur, pemerintah kurang mendukung upaya pengusaha karena masing-masing kementerian menerapkan kebijakan berbeda sehingga menyulitkan para pengusaha. Menurutnya para pengusaha berharap pemerintah tidak hanya mendesak pengusaha berkontribusi meningkatkan pertumbuhan ekonomi, namun juga pengusaha mendapat dukungan dan pemerintah mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif.
Mansyur mengatakan, “Perlunya koordinasi antara satu kementerian dengan kementerian lain, karena egoisme kementerian ini kan banyak, masing-masing, kita mau investasi tapi di bidang perhubungan misalnya jadi masalah karena punya regulasi sendiri, di Kementerian Perindustrian juga punya regulasi sendiri, nah jadi investasinya nggak jalan-jalan, misalnya contoh kasus yang sekarang di depan mata kita adalah bisnis ekspor mineral, maunya Kementerin Keuangan lain, tapi maunya Kementerian ESDM juga berbeda, disatu sisi Kementerian Perindustrian juga lain, nah akhirnya ekspor tidak jalan, setoran negara juga tidak didapat, program hilirisasi mineral juga tidak jalan-jalan”
Dalam pertemuan dengan para pengusaha dari Kamar Dagang dan Industri atau Kadin Indonesia, Rabu malam di Jakarta, Menteri Perdagangan, Muhammad Lutfi mengingatkan produk-produk buatan Indonesia sudah harus bersiap diri masuk ke pasar Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015.
Untuk itu Menteri Lutfi berharap pengusaha mengembangkan usahanya agar invetasi di Indonesia terus bertambah, serta terus meningkatkan kualitas produk. Menteri Lutfi menegaskan tantangan bagi produk Indonesia bukan saja di pasar ASEAN melainkan juga di pasar global yang lebih besar seperti Amerika dan Eropa.
“Mau tidak mau, bisa atau tidak bisa kita akan dipaksa menuju kesana, dan ini adalah salah satu bagian yang musti kita kerjakan bersama, jadi tugas pemerintah memperjuangkan bersama-sama dengan swasta untuk diplomasi dengan luar negeri, pada saat yang bersamaan kita juga mesti memberikan satu acuan-acuan yang khusus kepada industri kita untuk bisa menghasilkan produk yang sustainable, ini adalah tren kita ke depan,” ujar Lutfi.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menambahkan, agar produk Indonesia mampu bertahan di pasar ekspor bahkan dapat semakin meningkat, harus mencari pasar baru selain ke negara-negara yang selama ini menjadi andalan tujuan ekspor Indonesia. Menurut Menteri Lutfi, sementara pengusaha terus berproduksi, pemerintah membantu membuka jalan ke berbagai negara agar produk buatan Indonesia dapat diterima.
“Terjadi perubahan-perubahan menuju kepada negara industrialis, survival untuk bisa bertahan harus mencari pasar baru, ini yang sekarang kami sedang lakukan bagaimana pendekatan persuasif untuk menciptakan diplomasi perdagangan kita,” paparnya.
Menurut Menteri Lutfi, Kementerian Perdagangan mencatat ke depannya nanti industri yang akan semakin berkembang dan memiliki peluang besar untuk bersaing dalam pasar ekspor adalah produk otomotif serta produk berasal dari kelapa sawit . Dua jenis usaha tersebut menurut Menteri Lutfi harus dimanfaatkan para pengusaha.
Pada kesempatan sama, kepada VoA, Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia, Natsir Mansyur berpendapat, pengusaha pasti sangat menginginkan usahanya berkembang serta produknya mampu bersaing.
Namun, menurut Mansyur, pemerintah kurang mendukung upaya pengusaha karena masing-masing kementerian menerapkan kebijakan berbeda sehingga menyulitkan para pengusaha. Menurutnya para pengusaha berharap pemerintah tidak hanya mendesak pengusaha berkontribusi meningkatkan pertumbuhan ekonomi, namun juga pengusaha mendapat dukungan dan pemerintah mampu menciptakan iklim investasi yang kondusif.
Mansyur mengatakan, “Perlunya koordinasi antara satu kementerian dengan kementerian lain, karena egoisme kementerian ini kan banyak, masing-masing, kita mau investasi tapi di bidang perhubungan misalnya jadi masalah karena punya regulasi sendiri, di Kementerian Perindustrian juga punya regulasi sendiri, nah jadi investasinya nggak jalan-jalan, misalnya contoh kasus yang sekarang di depan mata kita adalah bisnis ekspor mineral, maunya Kementerin Keuangan lain, tapi maunya Kementerian ESDM juga berbeda, disatu sisi Kementerian Perindustrian juga lain, nah akhirnya ekspor tidak jalan, setoran negara juga tidak didapat, program hilirisasi mineral juga tidak jalan-jalan”