Menteri Pertahanan Amerika Mark Esper mengatakan ofensif Turki terhadap pasukan Kurdi di bagian timur laut Suriah “tidak abadi” dan Turki kini “menuju ke arah yang salah” setelah menyepakati perjanjian dengan Rusia untuk melakukan patroli bersama di “zona aman” di kawasan itu.
“Turki menempatkan kami dalam situasi yang sangat buruk,” ujar Esper hari Kamis (24/10) sebelum mengikuti pertemuan NATO di Brussels, Belgia.
Pasukan Turki memasuki bagian utara Suriah dua minggu lalu setelah Presiden Amerika Donald Trump menarik mundur pasukan Amerika dari wilayah itu. Amerika kemudian membantu memediasi gencatan senjata.
Trump hari Rabu (23/10) mengatakan Turki telah meyakinkannya bahwa gencatan senjata itu akan permanen. Ditambahkannya, hal itu akan memungkinkannya mencabut sanksi baru terhadap Turki. Trump menegaskan bahwa tanggungjawab mencapai perdamaian di kawasan itu seharusnya diserahkan pada pihak lain dan bukan semata-mata pada Amerika saja.
“Kita telah memberikan layanan luar biasa. Hasil ini merupakan kerja keras Amerika, bukan pihak lain,” ujar Trump.
“Sekarang kita keluar.. Biarkan pihak lain yang memperebutkan pasir yang sudah sejak lama berlumuran darah itu.”
Presiden bicara tentang upaya Amerika mengakhiri pertikaian antara Turki dan Pasukan Demokratik Suriah SDF yang sebagian besar merupakan warga Kurdi, yang telah menjadi mitra utama Amerika ketika melawan ISIS.
Trump hari Kamis (24/10) mencuit bahwa ladang-ladang minyak di Suriah semula dikuasai ISIS hingga Amerika merebutnya dengan bantuan Kurdi.” Ditambahkannya, “Kita TIDAK AKAN PERNAH membiarkan ISIS menguasai kembali ladang-ladang minyak itu.”
Setelah melangsungkan pertemuan dengan Ketua Kepala Staf Gabungan, senator faksi Republik Lindsey Graham mengatakan kepada wartawan bahwa Pentagon sedang mempersiapkan rencana untuk mencegah ISIS dan Iran menguasai ladang-ladang minyak di Suriah itu. (em/pp)