Berdiri disamping Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry mengatakan kunjungannya bertujuan menekan apa yang disebutnya “aksi kekerasan yang tidak bisa dimengerti” dan mencari cara memulihkan ketertiban.
“Tidak satupun orang harus hidup ditengah kekerasan setiap hari dimana terjadi serangan di jalan-jalan dengan menggunakan pisau, gunting atau mobil,” ujar Kerry.
Netanyahu mengatakan Israel berjuang melawan teroris setiap detik.
“Perdamaian tidak akan tercapai jika ada serangan teror terus menerus, di sini atau di manapun di dunia,” tukasnya.
Departemen Luar Negeri Amerika mengatakan Kerry dan Netanyahu membicarakan langkah-langkah guna menghentikan kekerasan dan memperkuat kerjasama keamanan.
Dalam dua bulan ini, setidaknya 89 orang Palestina, 19 warga Israel dan satu pelajar Amerika telah tewas akibat kerusuhan di sana.
Palestina marah karena menganggap Israel berusaha menguasai sebuah lokasi di Yerusalem yang dianggap suci baik oleh umat Muslim maupun Yahudi. Palestina juga marah setelah Israel mengizinkan pembangunan lebih banyak rumah di kawasan yang diharapkan menjadi bagian dari negara merdeka mereka di masa depan.
Kerry juga bertemu dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
Dalam rapat badan HAM PBB bulan lalu, Abbas mengatakan Israel “senang menyalahkan Palestina untuk semua hal.” Abbas juga kembali meminta dukungan internasional dalam usaha mencapai solusi dua negara.
Kerry berangkat ke Israel dari Uni Emirat Arab, dimana ia bertemu para pejabat Emirat dan Arab Saudi untuk mencari solusi politik di Suriah serta membicarakan upaya koalisi pimpinan Amerika guna menumpas militan ISIS. [th/ii]