Menlu Kerry akan singgah di Abu Dhabi, Tel Aviv, Yerusalem dan Ramallah untuk bertemu sejumlah pejabat termasuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Palestina Mahmoud Abbas.
Awal pekan ini, Kerry mengungkapkan keyakinannya bisa menggelar sebuah konferensi dalam beberapa minggu mendatang yang melibatkan berbagai kelompok oposisi Suriah sebagai bagian dari upaya bagi terselenggaranya transisi politik di negara itu.
“Saat ini kita berada dalam tahap dimana oposisi mulai bersatu untuk memilih perwakilan mereka yang akan berunding dalam konferensi itu,” kata Kerry.
Pertemuan terakhir tentang Suriah antara Amerika dan negara-negara berpengaruh dunia lain berakhir tanggal 13 November di Wina. Mereka berkomitmen untuk membawa perwakilan dari pemerintah dan oposisi Suriah ke meja perundingan yang ditengahi PBB sebelum Januari 2016.
Presiden Amerika Barack Obama hari Minggu kembali menegaskan tentangannya terhadap tuntutan sejumlah pihak di Amerika agar menangguhkan penerimaan pengungsi asal Irak dan Suriah.
Sebelum pulang ke Washington dari Kuala Lumpur, Obama mengatakan ia memahami mengapa sejumlah anggota Kongres dengan segera menggagas peraturan untuk membatasi program pengungsi pasca serangan teroris di Paris. Tetapi, kata Obama, peraturan itu tidak akan membuat situasi lebih baik.
“Kalau peraturan ini dilapisi dengan begitu banyak birokrasi, padahal belum tentu itu membuat kita lebih aman. Kalau peraturan ini bukannya memperbaiki proses pemeriksaan pengungsi tetapi hanya membuat hampir mustahil untuk memroses pengungsi, maka peraturan ini justru mengakhiri program pengungsi bagi orang-orang yang sangat membutuhkannya,” ujarnya.
Obama mengatakan program pengungsi sudah berjalan dibawah pemerintahan banyak presiden Amerika dari kedua partai politik. Butuh 18 hingga 24 bulan sebelum pengungsi bisa masuk ke Amerika, lanjut Obama.
Sementara itu, lawatan Kerry ke Israel bersamaan dengan memanasnya hubungan Israel-Palestina. Paling tidak 80 orang Palestina dan 18 Israel telah tewas dalam gelombang kekerasan sejak bulan lalu, yang dipicu akses ke sebuah kompleks ibadah yang dianggap suci baik oleh umat Muslim maupun Yahudi.
Palestina juga marah akan keputusan Israel minggu ini yang mengizinkan pembangunan lebih banyak rumah di kawasan yang heidak dijadikan Palestina sebagai bagian dari negara merdeka mereka di masa depan. [th/jm]