Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dalam jumpa pers yang digelar secara virtual dari kantornya di Jakarta, Kamis (30/7) menjelaskan ia telah menggelar pertemuan bilateral secara virtual dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi. Dalam pertemuan selama sekitar 1,5 jam itu Retno mengangkat empat isu, termasuk kolaborasi dalam penanganan pandemi Covid-19. Kedua menteri luar negeri sepakat untuk terus meningkatkan kolaborasi internasional, terutama dalam menjamin rantai pasokan bahan baku bagi produksi obat dan pengembangan vaksin.
Retno menggarisbawahi dukungan bagi kerjasama pengembangan vaksin antara PT Bio Farma dan Sinovac-China. "Dua isu yang saya tekankan adalah mengenai ketersediaan vasin dalam bentuk bulk dengan jumlah yang mencukupi agar segera dapat diproduksi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan masalah harga vaksin yang terjangkau," kata Retno.
Bio Farma dan Sinovac saat ini tengah melakukan kerjasama uji klinis tahap ketiga. Menurut rencana, uji klinis tahap ketiga itu akan dilaksanakan pada pertengahan Agustus 2020. Bila berjalan lancar, maka vaksin dari Sinovac diproyeksikan mendapat izin edar pada Januari 2021.
Sambil menunggu uji klinis rampung, lanjut Retno, maka persiapan tahap selanjutnya yang menyangkut produksi sudah harus dilakukan. Dari sisi kemampuan, Bio Farma sedang meningkatkan kapasitas produksinya dari seratus juta menjadi 250 juta dosis vaksin per tahun.
Dalam kesempatan yang sama kedua menteri luar negeri juga kerjasama untuk mempercepat pemulihan ekonomi pasca Covid-19, termasuk melalui upaya menjaga perdagangan bilateral. Dalam kaitan ini, Indonesia meminta akses lebih luas terhadap komoditas ekspor Indonesia, seperti minyak kelapa sawit, sarang burung walet, buah tropis, dan poduk laut.
"Ekspor Indonesia ke China selama bulan Januari sampai Mei 2020 meningkat menjadi US$ 11,20 miliar dari US$ 10,40 miliar untuk periode yang sama tahun sebelumnya," ujar Retno.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS untuk Mei dan Juni tahun ini, Indonesia justeru berhasil meningkatkan kinerja ekspor, tidak hanya ke China tetapi juga ke Amerika Serikat, India, Jepang, dan Singapura.
Khusus dengan China, selain kenaikan ekspor Indonesia, defisit perdagangan Indonesia dan China juga mulai mengecil.
Kedua Menlu Bahas Upaya Peningkatan Investasi
Retno dan Wang Yi juga membahas usaha untuk menjaga investasi yang berkualitas dan saling menguntungkan, termasuk soal pembentukan koridor bagi perjalanan bisnis yang penting, yang diharapkan akan rampung dalam waktu dekat.
China merupakan investor asing terbesar kedua di Indonesia setelah Singapura. Nilai investasi China di Indonesia pada 2019 adalah US$ 4,7 miliar, meningkat 95 persen ketimbang 2018. Selama Januari-Juni 2020, investasi China di Indonesia mencapai US$ 2,4 miliar.
Soal ABK Indonesia, Indonesia Minta China Transparan
Kedua menteri luar negeri juga membahas penyelesaian kasus warga Indonesia yang bekerja di kapal-kapal ikan China. "Saya sampaikan keprihatinan yang mendalam pemerintah Indonesia terhadap berbagai kasus yang menimpa ABK Indonesia di di kapal-kapal ikan China," tutur Retno.
Retno menceritakan secara rinci tentang kasus-kasus warga Indonesia yang bekerja di kapal-kapal ikan China. Dia menuntut pemerintah China untuk menindaklanjuti laporan-laporan ini secara transparan agar kejadian serupa tidak terulang.
Retno secara khusus meminta pemerintah China melakukan investigasi menyeluruh terhadap sejumlah kasus yang menyebabkan kematian warga Indonesia, termasuk soal pelarungan jenazah warga Indonesia, dan kondisi kerja yang tidak layak. Juga segera menyeret pihak-pihak yang bertanggung jawab dalam kasus ini, seperti yang dilakukan pemerintah Indonesia terhadap agen-agen penyalur di dalam negeri.
DFW Indonesia: 13 ABK Indonesia Jadi Korban
Koordinator Nasional Destructive Fishing Watch (DFW) Indonesia Mohammad Abdi Suhufan menyatakan selama 22 November 2019 hingga 19 Juli 2020 ada 13 korban anak buah kapal (ABK) Indonesia yang bekerja di kapal ikan berbendera China, di mana 11 orang meninggal dan 2 lainnya hilang.
Menurutnya pemerintah harus melakukan moratorium pengiriman ABK untuk bekerja di kapal-kapal ikan China sampai proses investigasi rampung dan proses perekrutan di dalam negeri dibenahi.
Mengingat kondisi kerja yang tidak manusiawi, Abdi mengatakan kuat dugaan sebagian besar ABK warga Indonesia yang bekerja di kapal ikan China meninggal karena disiksa. Mereka yang bertahan juga kerap menerima kekerasan fisik dari mandor dan nahkoda. Ironisnya pihak nahkoda selalu melaporkan kematian ABK warga Indonesia karena kecelakaan kerja. [fw/em]