Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said mengatakan, Kamis (7/5), bahwa ia akan mencari persetujuan Presiden Joko Widodo agar Indonesia kembali bergabung dengan OPEC, tujuh tahun setelah keluar dari kelompok eksportir minyak tersebut.
Jika kembali, Indonesia akan menjadi produsen terkecil keempat dalam Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak tersebut, di atas Libya, Ekuador dan Qatar, dan menjadikan jumlah peserta 13 negara.
Indonesia merupakan satu-satunya anggota OPEC dari Asia selama hampir 50 tahun sebelum meninggalkan kelompok itu pada 2008 saat harga-harga minyak mencapai rekor tertinggi, dan peningkatan permintaan domestik serta jatuhnya produksi menjadikan negara ini importir minyak.
"Saya akan meminta presiden mempertimbangkan bergabungnya kita kembali sebagai anggota OPEC, sehingga kita dekat dengan pasar," ujar Sudirman pada wartawan.
"Kita telah ditawarkan (kesempatan) untuk bergabung kembali."
OPEC menetapkan keluarnya Indonesia sebagai "pemberhentian sementara" dan Ekuador, yang bergabung kembali pada 2007, membuat preseden untuk kembali dari status tersebut. Sebuah sumber OPEC mengatakan pintu selalu terbuka.
"Jika sebuah sumber memenuhi kriteria keanggotaan, tentu saja ada kemungkinan untuk bergabung dengan organisasi itu," menurut sumber tersebut.
Namun aturan OPEC menetapkan bahwa "negara manapun dengan ekspor minyak mentah netto substansial, yang secara fundamental memiliki kepentingan serupa dengan negara-negara anggota, dapat menjadi anggota penuh, jika diterima oleh mayoritas tiga perempat anggota penuh, termasuk suara-suara menyetujui dari para anggota pendiri."
Kelompok itu mengizinkan anggota rekanan, yang tidak berkualifikasi sebagai anggota penuh "namun dijadikan anggota berdasarkan syarat-syarat khusus yang ditentukan."
Sudirman mengatakan ia akan menghadiri pertemuan OPEC pada 5 Juni sebagai pengamat. Negara bukan anggota telah menjadi pengamat dalam acara-acara OPEC sebelumnya.
"Keanggotaan memiliki tingkatan. Pada awalnya kita dapat menjadi pengamat, namun kemudian, jika diberi peluang menjadi anggota penuh, itu bagus," ujarnya.
"Kita masih mengekspor gas, meski hanya sedikit, jadi itu bukan masalah (untuk menjadi anggota OPEC lagi)."
Kantor pusat OPEC di Wina menolak berkomentar atas pernyataan-pernyataan menteri.
Target produksi Indonesia untuk 2015 adalah 825.000 barrel per hari, sekitar setengah dari puncak produksi pada awal 1990an. Meski masih mengekspor minyak mentah, impor-impor produk penyulingan Indonesia membuatnya menjadi importir bersih.
Sudirman juga mengatakan Indonesia akan segera mengirimkan delegasi pemerintah ke Kuwait, Azerbaijan, Irak, Rusia dan negara-negara produsen minyak lainnya untuk kemungkinan perjanjian pasokan.