Tautan-tautan Akses

Menunggu Perubahan, Rakyat Haiti Seakan Hidup di Neraka


Orang-orang berlindung dari tembakan saat bentrokan antara polisi dan geng di kawasan Champs de Mars sebelah Istana Nasional di Port-au-Prince, Haiti, 8 April 2024.
Orang-orang berlindung dari tembakan saat bentrokan antara polisi dan geng di kawasan Champs de Mars sebelah Istana Nasional di Port-au-Prince, Haiti, 8 April 2024.

Jameson Jacques telah tinggal di tempat penampungan sementara di ibu kota Haiti bersama ketiga anaknya sejak anggota geng membakar rumahnya dan membunuh orang tuanya.

Seperti Jacques, banyak orang di Port-au-Prince telah menjalani rutinitas sehari-hari seakan seperti di neraka sebulan setelah pengumuman dewan pemerintahan transisi yang belum dilaksanakan, yang dimaksudkan untuk mengembalikan negara menuju ke arah ketertiban, dan pada akhirnya mengarah pada penyelenggaraan pemilu.

Port-au-Prince adalah tempat yang berbahaya dan kacau saat ini. Ketika orang berjalan di jalan, mereka sangat mudah terjebak dalam kekerasan yang terjadi secara acak, perampokan, penculikan, pembajakan mobil, pemerkosaan atau baku tembak sementara geng-geng menyerang polisi, saling bentrok antar mereka, atau menyerang orang-orang yang tidak bersalah.

“Port-au-Prince sudah tidak layak huni,” kata Jacques, pria berusia 30-an. “Jika saya punya uang, saya pasti sudah berangkat ke suatu kota provinsi bersama ketiga anak saya.”

Seorang pedagang kaki lima melarikan diri dari kekerasan geng di Port-au-Prince pada 8 April 2024. (Clarens SIFFROY / AFP)
Seorang pedagang kaki lima melarikan diri dari kekerasan geng di Port-au-Prince pada 8 April 2024. (Clarens SIFFROY / AFP)

Haiti telah menderita kemiskinan parah, ketidakstabilan politik, dan bencana alam selama beberapa dekade, dan kini negara itu bergulat dengan gelombang kekerasan oleh geng-geng kuat yang menguasai sebagian besar kota dan sebagian besar negara.

Mulai akhir Februari, geng-geng itu bekerja sama untuk menyerang tempat-tempat strategis di Port-au-Prince, seperti kantor polisi, gedung kementerian pemerintah, bandara dan pelabuhan laut dalam upaya kekerasan untuk menggulingkan Perdana Menteri Ariel Henry.

Henry tidak populer dan bukan pejabat hasil pemilu. Dia ditunjuk oleh presiden Jovenel Moise tidak lama sebelum pembunuhannya pada tahun 2021. Henry mengumumkan pada 11 Maret bahwa dia akan mundur untuk melapangkan jalan bagi dewan presidium -- yang bertugas untuk menunjuk perdana menteri dan membentuk pemerintahan baru, serta memimpin Haiti menuju pemilu.

Presiden yang terbunuh tidak pernah diganti dan Haiti belum mengadakan pemilihan umum sejak tahun 2016.

Namun dewan tersebut belum dibentuk, dengan penundaan yang berulang kali yang disebabkan oleh perbedaan pendapat di antara partai-partai yang akan diwakili di dalamnya, dan dengan pemerintahan Henry yang akan segera berakhir.

Sementara itu masyarakat harus menghadapi kehidupan di kota yang 80 persen dikendalikan oleh gangster yang memiliki persenjataan lebih baik daripada polisi. [lt/ab]

Forum

XS
SM
MD
LG