Pembicaraan antara para kolonel militer Korea Utara dan Korea Selatan diadakan di Panmunjom hari Selasa. Pertemuan itu merupakan acara serupa pertama sejak Korea Utara membombardir pulau Yeonpyeong di Korea Selatan November lalu. Para pejabat Korea Selatan mengatakan kedua pihak telah sepakat untuk mengadakan pembicaraan lebih lanjut hari Rabu.
Para pejabat pertahanan di Seoul mengatakan hari pertama pembicaraan awal di gedung yang dikenal sebagai "Rumah Perdamaian", di zona demiliterisasi itu berlangsung lebih dari sembilan jam, termasuk beberapa kali istirahat.
Seorang juru bicara militer Korea Selatan mengatakan kedua pihak berusaha memperkecil perbedaan-perbedaan dalam agenda dan hal-hal prosedural untuk mencapai kesepakatan tentang penyelenggaraan pembicaraan antara para pejabat lebih tinggi.
Profesor Kim Young-hyun dari departemen studi Korea Utara di Universitas Dungguk mengatakan kedua pihak tampaknya menemui kesulitan untuk menjembatani kesenjangan itu.
Namun, Kim memperkirakan hari Rabu ini akan dicapai kesepakatan mengenai pembicaraan tingkat lebih tinggi. Menurutnya, Pyongyang dan Seoul mendapat tekanan dari sekutu masing-masing, yakni Tiongkok dan Amerika, untuk terlibat dalam dialog lebih besar.
Laporan-laporan media Korea Selatan menyatakan Korea Utara tidak minta maaf atas gempuran November lalu sebagaimana dituntut oleh Korea Selatan. Korea Utara juga tidak menyatakan bertanggung jawab atas tenggelamnya kapal perang Korea Selatan di Laut Kuning sepuluh bulan lalu. Sebaliknya, para pejabat Korea Utara berkeras agar diadakan diskusi lebih luas dalam pembicaraan tingkat tinggi untuk meredakan ketegangan militer.
Para pejabat Korea Selatan mengatakan permintaan maaf atas provokasi yang mengakibatkan kematian tahun lalu merupakan prasyarat untuk mengadakan diskusi oleh para pejabat lebih senior.
Selagi para kolonel itu mengadakan pembicaraan di Panmunjom, utusan khusus Amerika urusan HAM Korea Utara bertemu dengan para diplomat Korea Selatan di Seoul.
Duta Besar Robert King menyebut kunjungannya sebagai misi pencari fakta, termasuk mendengar kesaksian para pelarian Korea Utara dan lain-lain untuk mengetahui perlakuan HAM di negara komunis tertutup itu.
Dubes King mengatakan, "Sangat penting bagi Amerika untuk mengadakan koordinasi dengan Korea Selatan, selagi kami melanjutkan kebijakan kami terhadap Korea Utara. Amerika dan Korea Selatan memiliki hubungan kerja yang erat dan bisa bekerjasama menyelesaikan berbagai isu. Kami berbagi analisis dan ide untuk mencapai kemajuan, dan saya bersyukur kami telah mengadakan diskusi-diskusi yang sangat baik selama kami berada di sini. "
Tetapi, Robert King tidak bersedia menjawab pertanyaan wartawan apakah pembicaraan itu mencakup kemungkinan dilanjutkannya bantuan pangan Amerika ke Korea Utara.
Ada laporan-laporan bahwa Korea Utara, melalui misinya di PBB di New York, telah mengajukan permintaan itu. Bantuan Amerika dihentikan tahun 2009 di tengah-tengah keprihatinan mengenai ujicoba nuklir dan misil Korea Utara.