Militer Nigeria menewaskan setidaknya 35 orang tewas dalam beberapa serangan udara dalam upaya untuk menghentikan peningkatan kekerasan antara para petani dan penggembala, kata Amnesti Internasional hari Selasa (30/1).
Menurut organisasi HAM itu, ribuan orang telah mengungsi dan setidaknya 168 orang tewas sejak awal tahun ketika para petani dan penggembala nomaden berjuang memperebutkan lahan di lima negara bagian.
Tanggapan militer Nigeria tidak mampu menghentikan bentrokan itu malahan membuat kedua komunitas yang hendak dilindunginya semakin terancam, kata laporan baru tersebut.
“Melancarkan serangan udara bukanlah metode penegakan hukum yang sah dari segi standar apapun juga. Penggunaan kekuatan mematikan secara sembarangan semacam itu melanggar hukum, keterlaluan dan jelas menunjukkan ketidakpedulian militer Nigeria atas nyawa orang yang seharusnya mereka lindungi,” kata Direktur Amnesti Internasional untuk Nigeria, Osai Ojigho.
Pemerintah Nigeria harus membatalkan responsnya terhadap bentrokan mematikan tersebut, supaya krisis itu jangan sampai meluas sehingga tak terkendalikan. Gambar-gambar dari udara dan satelit yang dianalisis oleh Amnesti Internasional itu menunjukkan sedikitnya delapan desa rusak berat atau musnah hancur, kata organisasi HAM tersebut.
Angkatan udara Nigeria akhir tahun lalu menembakkan roket sebagai peringatan untuk mencegah kekerasan lebih jauh, ternyata memperburuk penderitaan orang yang menyelamatkan diri dari serangan ratusan penggembala di kurang lebih lima desa di negara bagian Adamawa, kata Amnesti Internasional.
Juru bicara angkatan udara Olatokunbo Adesanya mengatakan kepada media setempat bahwa serangan udara tersebut adalah berupa "tembakan-tembakan peringatan," demikian dilaporkan oleh organisasi HAM itu.
Adesanya membantah tuduhan tersebut hari Selasa. [mg/is]