Kemacetan lalu lintas di ibukota Jakarta dikenal sebagai salah satu yang terburuk di dunia. Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi kemacetan, antara lain dengan pemberlakuan sistem three-in-one, plat nomor ganjil-genap, hingga pengoperasian busway; tetap belum menyelesaikan masalah.
Sejak tahun 2013 pemerintah Indonesia juga mulai membangun terowongan bawah tanah untuk kereta api cepat atau mass rapid transit (MRT). Pembangunan MRT tahap pertama yang menghubungkan kawasan Lebak Bulus – Bundaran HI itu diperkirakan siap beroperasi Maret 2019 nanti. Presiden Joko Widodo memastikan hal tersebut ketika meninjau langsung pengerjaan terowongan bawah tanah MRT tahap pertama itu di kawasan Setiabudi, Jakarta Pusat, hari Kamis (23/2).
“Seluruh terowongan yang dibangun untuk MRT sudah tersambung. Hari ini sudah tersambung. MRT ini akan beroperasi insya Allah kurang lebih nanti pada Maret 2019. Tetapi pada saat Asian Games 2018, di atas semuanya sudah jadi dan sudah bersih,” ujar Jokowi.
Jalur MRT tahap pertama sepanjang 16 kilometer itu diperkirakan akan melayani 173.400 penumpang setiap hari.
Ketika ditanya wartawan soal kelancaran pendanaan proyek itu, Jokowi optimis tidak akan ada persoalan.
"Pendanaan ini banyak sekali, bisa dari APBN, kombinasi APBN dan APBD seperti disini, kerjasama antara pemerintah dan badan usaha, dan bisa juga dari investasi. Jadi kombinasi-kombinasi itu saya kira bisa dilakukan. Itulah yang mempercepat pembangunan infrastruktur kita,” tegas Jokowi yang didampingi beberapa menteri dan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama.
Studi yang dilakukan perusahaan minyak dan pelumas kendaraan Castrol tahun 2015 menunjukkan pengemudi di Jakarta terpaksa menghidup-matikan kendaraan mereka sebanyak 33.240 kali per tahun atau berarti yang terburuk di dunia. Setelah Jakarta, kota-kota dengan tingkat kemacetan lalu lintas terburuk di dunia adalah Mexico City, Meksiko dan St. Petersburg, Rusia.
Pembangunan MRT atau kereta api cepat di bawah tanah ini diharapkan bisa ikut menyelesaikan masalah kemacetan lalu lintas di Jakarta dan bisa kembali meningkatkan produktifitas warga. [em/ii]