Seorang pemimpin Muslim di Jerman hari Senin (18/4) menyamakan sikap partai anti-imigrasi Alternatif untuk Jerman (AfD) terhadap kelompoknya dengan perilaku Nazi Hitler terhadap Yahudi.
AfD masuk dalam parlemen tiga negara bagian bulan lalu dengan menarik pemilih yang marah dengan keputusan Kanselir Angela Merkel untuk menyambut pengungsi Suriah, yang sebagian besar Muslim. Partai itu juga mengatakan Islam tidak selaras dengan konstitusi Jerman.
"Ini pertama kalinya sejak Jerman zaman Hitler sebuah komunitas agama didiskreditkan dan diancam keberadaannya," ujar Aiman Mazyek, kepala Dewan Pusat Muslim Jerman, kepada stasiun televisi publik Jerman, NDR.
Ia menanggapi rencana AfD, yang diumumkan akhir pekan lalu, untuk menekankan larangan atas kubah masjid dan burka dalam kongresnya dua minggu mendatang.
"AfD memanfaatkan gelombang Islamofobia," ujar Mazyek. "Ini bukanlah jalur anti-Islam, ini jalur anti-demokrasi."
Ditanya mengenai pernyataan AfD mengenai Islam, Merkel mengatakan kepada wartawan dalam konferensi pers usai pertemuan dengan Presiden Joko Widodo bahwa kebebasan beragama merupakan hak yang dijamin oleh konstitusi, atau Undang-undang Dasar.
"Hal ini otomatis juga berlaku kepada Muslim di negara kita. Pengalaman menunjukkan bahwa sejumlah besar Muslim di sini menjalankan agama mereka dalam kerangka Undang-undang Dasar," ujar Merkel.
Ia mengatakan bahwa pasukan keamanan dapat mengambil tindakan jika situasinya tidak seperti itu.
Partai konservatif Merkel juga telah menyerukan larangan efektif terhadap burka, dengan mengatakan bahwa pakaian seperti itu seharusnya tidak dipakai di muka umum. Namun mereka tidak mengatakan bahwa Islam tidak selaras dengan konstitusi.
Para pemimpin AfD mengatakan gelombang kedatangan lebih dari satu juta migran tahun lalu, sebagian besar merupakan Muslim yang melarikan diri dari konflik di Suriah, Irak dan Afghanistan, membuat "Islamisasi Jerman" ancaman nyata.
Kemunculan AfD telah membuat khawatir partai-partai arus utama, yang bergantung kepada kompromi untuk membentuk koalisi.
Wakil Kanselir Sigmar Gabriel, seorang Sosial Demokrat, menuduh AfD menggunakan bahasa yang mirip dengan Nazi era Hitler. [hd/dw]