Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu hari Minggu (6/12) menolak pernyataan Menteri Luar Negeri Amerika John Kerry yang mengatakan bahwa keruntuhan Otorita Palestina akan menimbulkan konsekuensi bagi keamanan di Israel.
“Israel tidak akan menjadi negara binasional (negara dengan konsep dua bangsa). Tapi guna mencapai perdamaian, pihak lain juga perlu memutuskan bahwa mereka ingin mencapai perdamaian, dan malangnya kita tidak melihat hal ini," ujar Netanyahu dalam sebuah rapat kabinet.
Ditambahkannya, Otorita Palestina masih terus mengeluarkan hasutan mengenai Israel.
Pernyataan Kerry disampaikan dalam sebuah forum di Brookings Institution di Washington DC, di mana ia mengatakan kedua pihak – Israel dan Palestina – sama-sama perlu memulai kembali upaya untuk melakukan perundingan perdamaian. Kerry mengutuk serangan warga Palestina terhadap warga Israel selama beberapa bulan ini, demikian pula pembangunan pemukiman warga Israel di tanah yang dinilai akan menjadi negara Palestina.
“Solusi satu negara bukan solusi sama sekali bagi negara Yahudi yang aman, demokratis dan hidup dalam perdamaian”, ujar Kerry. “Ini jelas bukan pilihan yang baik dan bisa bertahan”.
Ditambahkannya satu kemungkinan kerugian yang diderita apabila Israel terus bertindak keras, adalah lumpuhnya pasukan keamanan Palestina dan Israel akan terpaksa menempatkan ribuan pasukannya ke Tepi Barat untuk mengisi kekosongan itu.
Kerry telah menjadikan perdamaian Israel-Palestina sebagai salah satu prioritas utamanya, tetapi proses itu berantakan pada bulan April 2014 ketika tidak berhasil mencapai perjanjian apapun. Palestina marah dengan terus berlanjutnya pembangunan pemukiman Israel, sementara Israel menentang pemerintah Palestina bersatu yang mencakup kelompok militan Hamas.
Perang selama 50 hari di Gaza tahun 2014 yang menewaskan lebih dari 2.100 warga Palestina – terutama warga sipil – telah semakin memperdalam perpecahan kedua pihak. Sejumlah kecil tentara dan warga sipil Israel juga tewas dalam konflik itu.
“Saya telah mengadakan banyak pembicaraan dengan kedua pihak dalam tiga tahun terakhir ini, dan saya bisa katakan bahwa tingkat ketidakpercayaan diantara keduanya sangat mendalam”, ujar Kerry hari Sabtu (5/12).
Kerry juga menggambarkan dialognya dengan Presiden Palestina Mahmoud Abbas – yang menurut Kerry “berbicara dengan sangat putus asa” dibanding sebelumnya tentang keputusasaan yang dirasakan warga Palestina. [em/ii]