Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengecam komentar Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang mengatakan Holocaust adalah “kejahatan paling mengerikan” dalam sejarah modern.
Pernyataan Abbas itu dilaporkan hari Minggu (27/4) oleh kantor berita resmi Palestina WAFA hanya beberapa jam sebelum Israel memulai hari peringatan Holocaust, dan beberapa hari setelah penangguhan perundingan perdamaian dengan Israel.
Netanyahu mengatakan pemimpin Palestina itu berkomentar demikian yang dirancang hanya “demi menenangkan opini publik global.”
Kepada saluran televisi CNN, Netanyahu mengatakan Abbas “tidak bisa mengatakan Holocaust mengerikan tetapi pada saat bersamaan merangkul pihak-pihak yang menyanggah peristiwa itu dan berusaha memusnahkan lagi orang-orang Yahudi.”
Ia mengacu pada upaya Abbas melakukan rekonsiliasi dengan gerakan militan Islam Hamas.
Banyak kalangan di dunia Arab membantah ataupun mengecilkan peristiwa Holocaust, di mana sekitar enam juta orang Yahudi dibunuh secara sistematis oleh Nazi Jerman dalam Perang Dunia ke-II.
Abbas sendiri sempat dituduh berpandangan serupa dalam disertasinya untuk meraih gelar Doktor tahun 1970an.
Pengakuannya mengenai penderitaan orang Yahudi itu diyakini muncul seusai bertemu seorang Rabbi dari Amerika yang berusaha menyebarkan saling pengertian antara orang Yahudi dan Muslim.
Pernyataan Abbas itu dilaporkan hari Minggu (27/4) oleh kantor berita resmi Palestina WAFA hanya beberapa jam sebelum Israel memulai hari peringatan Holocaust, dan beberapa hari setelah penangguhan perundingan perdamaian dengan Israel.
Netanyahu mengatakan pemimpin Palestina itu berkomentar demikian yang dirancang hanya “demi menenangkan opini publik global.”
Kepada saluran televisi CNN, Netanyahu mengatakan Abbas “tidak bisa mengatakan Holocaust mengerikan tetapi pada saat bersamaan merangkul pihak-pihak yang menyanggah peristiwa itu dan berusaha memusnahkan lagi orang-orang Yahudi.”
Ia mengacu pada upaya Abbas melakukan rekonsiliasi dengan gerakan militan Islam Hamas.
Banyak kalangan di dunia Arab membantah ataupun mengecilkan peristiwa Holocaust, di mana sekitar enam juta orang Yahudi dibunuh secara sistematis oleh Nazi Jerman dalam Perang Dunia ke-II.
Abbas sendiri sempat dituduh berpandangan serupa dalam disertasinya untuk meraih gelar Doktor tahun 1970an.
Pengakuannya mengenai penderitaan orang Yahudi itu diyakini muncul seusai bertemu seorang Rabbi dari Amerika yang berusaha menyebarkan saling pengertian antara orang Yahudi dan Muslim.