Pemerintah Israel hari Minggu (8/10) secara resmi menyatakan perang dan memberikan lampu hijau bagi diambilnya "langkah-langkah militer yang signifikan" untuk membalas serangan Hamas. Militer Israel berupaya memberangus para pejuang Hamas yang masih berada di kota-kota di bagian selatan, dan mengintensifkan pengeboman di Jalur Gaza.
Jumlah korban tewas pada kedua belah pihak telah melampaui angka 1.000 orang dan ribuan lainnya luka-luka.
Lebih dari 24 jam setelah Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya ke Gaza, pasukan Israel masih berusaha untuk mengalahkan kelompok-kelompok militan terakhir yang bersembunyi di beberapa kota.
Sedikitnya 700 orang dilaporkan tewas di Israel; suatu jumlah yang mengejutkan dalam skala yang belum pernah terjadi selama beberapa dekade. Sementara lebih dari 300 orang tewas di Gaza saat serangan udara Israel menggempur wilayah tersebut.
Pernyataan perang secara resmi ini menandakan akan terjadinya pertempuran yang lebih besar di masa depan. Pertanyaan utamanya adalah apakah Israel akan melancarkan serangan darat ke Gaza, sebuah langkah yang di masa lalu telah semakin meningkatkan jumlah korban.
Baku Tembak dengan Hizbullah-Lebanon Picu Kekhawatiran Meluasnya Pertempuran
Sementara itu, di Israel utara, baku tembak singkat dengan kelompok militan Hizbullah Lebanon memicu kekhawatiran meluasnya pertempuran menjadi perang di kawasan itu. Hizbullah menembakkan puluhan roket dan peluru pada hari Minggu ke tiga posisi Israel di daerah yang disengketakan di sepanjang perbatasan, dan militer Israel membalas dengan menggunakan pesawat tak berawak bersenjata. Menurut Rumah Sakit Marjayoun yang berada di dekat lokasi baku tembak itu, dua anak di sisi wilayah Lebanon mengalami luka ringan akibat pecahan kaca.
Militer Israel mengatakan setelah baku tembak itu, situasi telah berangsur tenang.
Hizbullah yang didukung Iran diperkirakan memiliki puluhan ribu roket. Sejak perang brutal tahun 2006 dengan Israel, Hizbullah tidak pernah ikut terlibat dalam pertempuran antara Israel dan Hamas. Tetapi jika kerusakan di Gaza memuncak, hal ini mungkin menekan Hizbullah untuk terlibat.
Belum Ada Kepastian Soal Jumlah Warga yang Ditawan
Pihak berwenang masih berusaha untuk menentukan berapa banyak warga sipil dan tentara yang ditangkap oleh pejuang Hamas selama kekacauan hari Sabtu (7/10) dan dibawa ke Gaza. Dari video dan saksi mata, diantara para tawanan terdapat sejumlah perempuan, anak-anak dan lansia.
Berbicara dalam acara "This Week" di stasiun televisi ABC, Menteri Luar Negeri Amerika Antony Blinken mengatakan ada sekitar 1.000 pejuang Hamas yang terlibat dalam serangan hari Sabtu. Besarnya jumlah mereka yang terlibat ini menggarisbawahi perencanaan yang dilakukan oleh kelompok militan yang memerintah Gaza. Orang-orang bersenjata ini mengamuk selama berjam-jam, menembaki warga sipil di kota-kota, di sepanjang jalan raya, dan di sebuah festival musik techno yang diadakan di sebuah kawasan padang pasir dekat Gaza.
Israel Serang 800 Sasaran di Gaza
Sejauh ini militer Israel mengatakan telah menyerang lebih dari 800 target di Gaza, termasuk serangan udara yang meratakan sebagian besar kota Beit Hanoun di sudut timur laut daerah kantong Gaza itu.
Ketua juru bicara Angkatan Bersenjata Israel Laksamana Muda Daniel Hagari kepada wartawan mengatakan sejumlah pesawat tempur menembakkan berton-ton bahan peledak ke 120 sasaran. Hamas menggunakan kota itu sebagai tempat untuk melakukan serangan, tambahnya. Belum ada kabar soal jumlah korban jiwa. Sebagian besar penduduk kota yang berjumlah puluhan ribu orang itu kemungkinan besar telah melarikan diri sebelum pengeboman terjadi.
"Kami akan terus menyerang dengan cara ini, dengan kekuatan ini, secara terus menerus, di semua tempat berkumpul dan rute yang digunakan oleh Hamas," kata Hagari.
Warga Sipil di Israel dan Gaza Sama-sama Jadi Korban
Warga sipil di kedua belah pihak telah membayar sangat mahal.
Antrean warga Israel di luar kantor polisi pusat Israel mengular. Mereka ingin memberikan sampel DNA dan sarana lain yang dapat membantu mengidentifikasi anggota keluarga yang hilang. Berita TV Israel menayangkan sejumlah laporan keluarga warga Israel yang ditawan atau hilang yang menangis dan memohon bantuan dan informasi.
Warga di Gaza, daerah kantong berpenduduk 2,3 juta jiwa yang selama 16 tahun sejak pengambilalihan oleh Hamas, terkurung oleh blokade Israel-Mesir, ketakutan dengan semakin intensifnya serangan Israel. Serangan itu telah meratakan sejumlah bangunan tempat tinggal.
Ada sekitar 74.000 warga Gaza yang telah mengungsi di 64 tempat penampungan, dan jumlahnya diperkirakan akan terus bertambah. Badan PBB Untuk Urusan Pengungsi Palestina, UNWRA, mengatakan sebuah sekolah yang menampung lebih dari 225 orang telah terkena serangan langsung. Tidak disebutkan siapa yang melakukan serangan di sana.
Beberapa media Israel, mengutip petugas-petugas layanan keselamatan, mengatakan sedikitnya 700 orang tewas di Israel, termasuk 44 tentara. Sementara Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 313 orang, termasuk 20 anak-anak, tewas di wilayah itu. Sekitar 2.000 orang di kedua belah pihak luka-luka. Seorang pejabat Israel mengatakan pasukan keamanan telah menewaskan 400 militan dan menangkap puluhan lainnya.
Keberadaan sandera di Gaza memperumit tanggapan Israel. Para pejabat Hamas telah mengatakan mereka akan mengupayakan pembebasan ribuan tahanan Palestina, dan Israel memiliki sejarah dalam melakukan pertukaran yang sangat tidak adil untuk membawa pulang warga Israel yang ditawan.
Pihak militer telah mengkonfirmasi bahwa sejumlah besar warga Israel diculik pada hari Sabtu tanpa memberikan angka pasti.
Cari Informasi Soal Warga yang Ditawan Hamas, Israel Minta Bantuan Mesir
Seorang pejabat Mesir mengatakan Israel telah meminta bantuan negara itu untuk memastikan keselamatan para sandera, dan bahwa kepala intelijen Mesir telah menghubungi Hamas – dan kelompok Jihad Islam yang lebih kecil namun lebih radikal, dan juga ikut ambil bagian dalam serangan tersebut – untuk mencari informasi lebih rinci. Di masa lalu Mesir kerap menjadi penengah di antara kedua belah pihak itu.
Pejabat itu mengatakan para pemimpin Palestina mengklaim mereka belum memiliki "gambaran lengkap" mengenai jumlah sandera, namun mengatakan mereka ditahan di "lokasi-lokasi yang aman" di Gaza. Pejabat, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena ia tidak berwenang untuk memberikan keterangan kepada media, memperkirakan Hamas menahan "sejumlah besar orang atau puluhan orang."
Mesir juga telah berbicara dengan kedua belah pihak mengenai kemungkinan gencatan senjata, namun pejabat itu mengatakan “pada tahap ini” Israel tidak terbuka untuk melakukan gencatan senjata.
Pemimpin Iran Puji Serangan Hamas
Di Iran, yang telah lama mendukung Hamas dan kelompok-kelompok militan lainnya, beberapa pejabat senior secara terbuka memuji serangan Hamas itu. Kantor berita pemerintah Iran, IRNA, hari Minggu melaporkan Presiden Ebrahim Raisi telah berbicara melalui telepon dengan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh dan pemimpin Jihad Islam Ziad al-Nakhalah.
Pemimpin bayangan di sayap militer Hamas, Mohammed Deif, mengatakan serangan yang dinamai "Operasi Badai Al-Aqsa" itu merupakan tanggapan terhadap blokade Gaza selama 16 tahun, pendudukan Israel, dan serangkaian insiden baru-baru ini yang membuat ketegangan antara Israel dan Palestina semakin memuncak.
Selama setahun terakhir, pemerintah sayap kanan Israel telah meningkatkan pembangunan permukiman di Tepi Barat yang didudukinya. Aksi kekerasan oleh pemukim Israel telah membuat ratusan warga Palestina mengungsi, dan ketegangan terus meningkat di sekitar masjid Al-Aqsa, yang juga merupakan lokasi suci warga Yahudi. [em/jm]
Forum