Gerakan oposisi terbesar di Mesir, Persaudaraan Muslim (Ikhwanul Muslimin), menuntut agar Presiden Hosni Mubarak membubarkan parlemen yang baru terpilih negara tersebut dan mengadakan pemilu baru, tuntutan yang tampaknya mirip dengan tuntutan akan perubahan yang dicetuskan oleh gerakan rakyat Tunisia.
Dalam pernyataan yang dimuat dalam situs internet hari Rabu, Ikhwanul Muslimin menyebut pergolakan Tunisia adalah pelopor bagi dunia Arab dan Islam. Menurut pernyataan itu, pergolakan tersebut mengirim pesan kepada semua pemimpin diktator dan rejim yang korup bahwa mereka tidak aman.
Organisasi Islamis tersebut menyerukan pengakhiran undang-undang darurat yang sudah berlaku 30 tahun di Mesir yang melarang rapat-rapat umum politik dan menuntut amandemen besar-besaran undang-undang dasar untuk memungkinkan pemilihan presiden yang bebas dan adil.
Persaudaraan juga mendesak pemerintah Mesir agar menumpas korupsi dan mengadili pejabat-pejabat yang korupsi, dan memperingatkan bahwa kalau pemerintah tidak bertindak dengan cepat, kestabilan mungkin tidak akan berlangsung lama.
Organisasi itu gagal memenangkan satu kursi-pun dalam pemilu tahun lalu setelah merebut 20 persen kursi parlemen 5 tahun sebelumnya. Ikhwanul Muslimin -- yang dilarang tetapi mengajukan calon-calonnya sebagai independen – dan partai-partai oposisi lain mengatakan pemilu itu dicurangi.