Tautan-tautan Akses

Oposisi Suriah akan Boikot Perundingan Damai Rusia


Utusan Khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura (tiga dari kiri), menjabat tangan Kepala Komisi Negosiasi Suriah, Nasr al-Hariri, (tiga dari kanan), disamping anggota delegasi kelompok oposisi Khaled al-Mahamid, Hanadi Abu Arab, Jamal Suliman and Safwan Akash, pada pembukaan putaran pembicaraan damai Suriah yang baru di kantor PBB, Jenewa, Swiss, 28 November 2017.
Utusan Khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura (tiga dari kiri), menjabat tangan Kepala Komisi Negosiasi Suriah, Nasr al-Hariri, (tiga dari kanan), disamping anggota delegasi kelompok oposisi Khaled al-Mahamid, Hanadi Abu Arab, Jamal Suliman and Safwan Akash, pada pembukaan putaran pembicaraan damai Suriah yang baru di kantor PBB, Jenewa, Swiss, 28 November 2017.

Kelompok oposisi utama Suriah, Sabtu (27/1), mengatakan akan memboikot perundingan perdamaian Rusia pekan depan, pukulan besar terhadap upaya diplomatik Moscow untuk menyelesaikan konflik di Suriah.

Komisi Negosiasi Suriah, SNC, menuduh rezim Presiden Bashar al-Assad dan pendukung-pendukungnya di Rusia tetap mengandalkan kekuatan militer dan tidak menunjukkan iktikad untuk melakukan perundingan dengan jujur.

Kelompok oposisi mengumumkan hal itu dua hari setelah perundingan perdamaian yang didukung PBB berakhir di Wina, tanpa tanda-tanda harapan bahwa perang saudara yang telah memasuki tahun ketujuh dan menewaskan lebih dari 340 ribu orang itu akan berakhir.

Puluhan kelompok pemberontak telah menolak berpartisipasi dalam perundingan di tempat peristirahatan Laut Hitam, Senin 9 dan Selasa yang diselenggarakan Moskow itu.

Dalam perundingan di Wina yang berlangsung hingga Jumat (26/1) malam, para pejabat rezim dan pemberontak Suriah bertemu secara terpisah dengan Utusan Khusus PBB untuk Suriah, Staffan de Mistura. Sabtu (27/1) pagi, Mistura mengaku kepada wartawan bahwa tidak ada kemajuan sejauh ini. [ds/sp]

XS
SM
MD
LG