Organisasi media di seluruh dunia membongkar kebocoran besar jutaan dokumen keuangan hari Minggu (5/11) yang menyorot langkah-langkah rumit yang diambil politisi elit dan individu kaya lainnya untuk melindungi kekayaan mereka dari pemungut pajak. Bocoran itu, disebut Paradise Papers, memuat lebih dari 13 juta berkas yang berhasil diambil dari perusahaan jasa hukum yang berbasis di Bermuda, Appleby.
Berkas-berkas itu semula bocor ke harian Jerman, Suddeutsche Zeitung, yang kemudian membagi dokumen yang bocor itu dengan sekitar 100 media yang berafiliasi dengan International Consortium of Investigative Journalists (ICIJ). Informasi yang terkandung dari sejak 70 tahun lalu dan menunjukkan cara-cara tidak etis, namun umumnya legal, di mana beberapa nama terbesar dalam dunia politik dan media melindungi kekayaan mereka dengan berbagai cara di luar negeri.
Sejauh ini, dokumen itu mengungkap bagaimana jutaan dolar dari real estat Ratu Inggris parkir di Cayman Islands, sejumlah transaksi luar negeri oleh pejabat tinggi dalam kabinet Presiden Donald Trump dan bagaimana lembaga keuangan negara Rusia menginvestasikan jutaan dolar di Twitter dan Facebook.
Appleby mengklaim telah menyelidiki semua tuduhan yang tertera dalam Paradise Papers dan "tidak menemukan bukti adanya kesalahan, baik pada pihak kami atau klien kami."
Paradise Papers merupakan kebocoran data terbesar kedua dalam sejarah dunia dan sangat mirip Panama Papers yang bocor tahun lalu dari kantor hukum Mossack Fonseca. Kebocoran tersebut juga menunjukkan cara-cara orang kaya menggunakan akun rahasia di luar negeri untuk menghindari pembayaran pajak. [ka/jm]