Ahli geologi yang juga rektor Universitas Gajah Mada, Profesor Dwikorita Karnawati mengatakan penelitian yang dilakukan oleh Tim Geologi UGM tahun 2006 menunjukkan wilayah kecamatan Karangkobar adalah daerah paling rawan longsor di kabupaten Banjarnegara.
Kondisi lahan berbukit sangat curam tersusun oleh batuan dan tanah yg rapuh karena terletak di atas retakan batuan menyebabkan sering terjadi tanah longsor. Struktur geologi tanah di wilayah itu sangat kompleks dengan jalur patahan yang cenderung memicu terjadinya longsor lebih besar.
“Batuan yang rapuh, tanah yang gembur, lereng yang miring terjal. Apabila diguyur hujan, air hujan akan meresap masuk, batuan tadi rapuh tapi cukup untuk menahan air tidak langsung masuk sehingga air tergenang di dalam. Ini yang mendorong tumpukan tanah gembur itu meluncur dan terjadi longsor. Kenapa volumenya besar, karena dikontrol oleh retakan batuan sehingga mengakibatkan pergerakan yang volumenya menjadi lebih besar. Dan, kadang-kadang titiknya tidak hanya satu di sepanjang jalur patahan tadi,” kata Profesor Dwikorita Karnawati.
Tim geologi UGM kembali melakukan evaluasi di wilayah terjadinya bencana tanah longsor hari Sabtu (13/12) atau sehari setelah terjadi bencana. Para ahli geologi menilai, cepatnya perubahan tata guna lahan yg tidak terkendali telah memicu longsor lebih besar, diperparah dengan hujan yang terus-menerus.
Mereka juga menemukan sistem drainase yang kurang sesuai. Sampai hari Minggu (14/12), para ahli geologi juga menemukan setidaknya 34 titik sekitar lokasi bencana juga rawan terjadi tanah longsor.
Anggota tim geologi UGM, Wahyu Wilopo mengatakan, daerah yang terdeteksi memiliki syndrome longsor belum tentu akan terjadi longsor tetapi wilayah lain juga belum tentu aman dari kemungkinan longsor. Ia menyarankan agar warga mengungsi jika terjadi hujan deras.
"Kalau tidak ditemukan syndrome tidak berarti daerah itu daerah yang digaransi seratus persen aman. Kita sebaiknya pada saat ini, pada waktu turun hujanselama 2 jam berturut-turut atau terjadi hujan 50 milimeter/jam itu sebaiknya masyarakat mengungsi. Warga harus sadar memang sekarang musim hujan, lokasi kita adalah lokasi bencana sehingga pada waktu turun hujan ya kita mengungsi dulu lah,” kata Wahyu Wilopo.
Gubernur propinsi Jawa Tengah Ganjar Pranowo, usai melantik pengurus Keluarga Alumni Universitas Gajah Mada (Kagama) di kampus UGM hari Minggu (14/12) menjamin, wilayah bencana tidak lagi dijadikan pemukiman dan warga yang selamat akan direlokasi ke wilayah lain yang lebih aman.
"Kita sudah bicara sama bupati, sudah bicara sama DPRD ya memang mereka harus direlokasi. Tidak bisa mereka tetap di situ. Kasus (tanah longsor) Cijeruk yang juga di Banjarnegara dulu, itupun kita sudah menyampaikan kepada mereka tetapi ada problem sosial ekonomi, karena nggak ada pilihan, terpaksa mereka harus tinggal disitu. Inilah, yang menurut saya, edukasi menjadi penting,” kata Gubernur Ganjar Pranowo.
Untuk membantu para korban bencana tanah longsor, Tim Disaster Response Unit (DERU) UGM mengirimkan tim relawan ke Banjarnegara. Tim pertama terdiri para ahli geologi yangsudah kembali dan tim kedua terdiri tenaga medis dan ambulans serta psikolog yang berangkat hari Senin.
Tim relawan yang terdiri 33 mahasiswa berbagai fakultas Selasa siang (16/12) dilepas oleh Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Profesor Suratman.
"Kami terjunkan relawan dari berbagai bidang ilmu dan fakultas, baik dari S1 maupun S2. Magister Manajemen Bencana S2 juga kita gabung dalam DERU ; Fakultas Psikologi, Fakultas Teknik, Hukum, Fisipol, FIB, Kehutanan, KLNB. Yaitu Klinik Lingkungan dan Mitigasi Bencana Unit baru Fakultas Geografi juga akan ke Banjarnegara. Setelah DERU nanti kita berupaya untuk meneruskan kemungkinan berupa Kuliah Kerja Nyata (KKN),” kata Profesor Suratman.
Diantara relawan mahasiswa terdapat mahasiswa jurusan Kedokteran Hewan yang nantinya akan membantu warga mengurus ternak yang ikut menjadi stress akibat bencana tanah longsor.