Perang saudara di Libya dan pengaruhnya dalam stabilitas regional semakin tidak jelas sejak 20 Juni, ketika parlemen Mesir mengizinkan pasukannya menyeberangi perbatasan untuk membantu pasukan Jenderal Khalifa Haftar melawan Pemerintah Kesepakatan Libya (GNA) yang didukung Turki.
Upaya intervensi militer Mesir di Libya timur, kata sebagian pengamat, banyak dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran Kairo terhadap kelompok-kelompok Islamis, seperti Ikhwanul Muslimin dan ISIS. Kelompok-kelompok tersebut bisa menambah cengkeraman di dalam negeri apabila GNA mengalahkan pasukan Haftar di Libya.
“Mesir sangat khawatir mengenai milisi; Mesir memerangi para ekstremis di Sinai dan ada sejumlah ekstremis yang ditangkap, yang terkait dengan kelompok-kelompok milisi di Libya dan berlatih di Libya," kata Mirette Mabrouk, direktur Program Mesir di Institur Timur Tengah, kepada VOA.
Mesir berbagi perbatasan sejauh 1.200 kilometer dengan Libya. Mabrouk mengatakan itu merupakan kekhawatiran keamanan besar bagi pemerintah Mesir.
Parlemen Mesir telah mengatakan pihaknya menyetujui pengiriman pasukan ke front barat dengan Libya untuk membela keamanan nasionalnya. [vm/pp]