Pengambilalihan kekuasaan di Afghanistan oleh rezim Taliban telah memurukkan kondisi ekonomi dan kemanusiaan di negara itu, sehingga memicu eksodus puluhan ribu orang ke negara tetangga Pakistan guna mengajukan permohonan suaka dan memilih tinggal di luar Afghanistan.
Pejabat Pakistan mengatakan, sejak Taliban mengambil alih kekuasaan di Kabul Agustus lalu lebih dari seratus ribu warga Afghanistan, kebanyakan berpendidikan dan berasal dari kelas menengah, tiba di Pakistan berbekal visa yang sah.
Mereka kebanyakan adalah warga yang rentan dan ingin pindah ke AS dan negara Barat lainnya lewat program pemukiman kembali pengungsi.
Kebanyakan dari mereka tinggal di hotel, rumah tamu komersial, dan gedung apartemen di dan sekitar ibukota Pakistan Islamabad.
Migran Afghanistan ini kini menghadapi berbagai masalah akibat masa izin tinggal mereka di Pakistan telah lewat.
Mereka menuduh penundaan atas pendaftaran pemukiman kembali mereka oleh kedutaan-kedutaan besar negara Barat, kurangnya bantuan yang diberikan oleh kantor Komisioner Tinggi PBB untuk urusan pengungsi (UNHCR) di Islamabad, dan isu terkait perpanjangan visa Pakistan mereka.
Beberapa keluarga migran ini ingin UNHCR mendaftar mereka sebagai pengungsi. Mereka mengatakan mereka tidak mau kembali ke negara asal mereka, dengan mengutip adanya larangan Taliban terhadap pendidikan untuk kaum perempuan, serta berbagai pembatasan lainnya terhadap perempuan.
“Saya sudah mendaftar untuk kasus P-2 saya. Umumnya proses ini berjalang sangat lamban,” kata salah satu pemohon suaka Afghanistan.
Laki-laki itu, yang tidak mau memberikan namanya karena alasan keamanan, mengatakan dia adalah anggota masyarakat minoritas Syiah Hazara, yang berulang kali diserang oleh kelompok teroris ISIS di Afghanistan. [jm/pp]