Misi satu bulan tersebut dimaksudkan untuk mengawasi usaha pemerintah agar menghentikan penumpasan berdarah dalam pergolakan yang telah berlangsung 10 bulan.
Mandat misi pemantau itu berakhir Kamis, dan para menteri luar negeri Liga Arab dijadwalkan untuk bertemu hari Minggu untuk mengkaji laporan terakhir para pemantau dan memutuskan apa yang akan dilakukan selanjutnya.
Kelompok-kelompok HAM Suriah telah mengecam ketidakefektifan misi itu. Mereka mengatakan Presiden Bashar al-Assad telah mengelabui para pemantau dan meningkatkan serangan maut mereka sejak para pemantau tiba 26 Desember lalu.
Emir Qatar yang berkuasa telah menyerukan pengerahan pasukan Arab di Suriah untuk menghentikan penumpasan maut yang dilakukan pemerintahan Assad terhadap para demonstran yang ingin mengakhiri pemerintahan otokratisnya yang telah berlangsung 11 tahun. Suriah menolak gagasan itu.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan Rabu, setiap rencana untuk mengirim pasukan asing ke Suriah tidak akan disetujui Dewan Keamanan PBB, dimana Moskow memiliki hak veto. Rusia adalah sekutu militer penting Suriah.
Di Suriah, para aktivis oposisi mengatakan, Kamis, pasukan pemerintah telah mundur dari Zabadani, kota dekat perbatasan Libanon yang dikuasai pemberontak. Sebelumnya, tank-tank dan kendaraan-kendaraan lapis baja Suriah mengepung kota itu selama berhari-hari dan terlibat dalam pertempuran dengan para pembelot militer.