Parlemen Irak Minggu (5/1) mendesak pemerintah untuk mengusir 5.200 tentara Amerika di negara itu sebagai protes terhadap serangan pesawat tak berawak A.S. yang menewaskan seorang jenderal penting Iran di bandara Baghdad.
Mayoritas Syiah di parlemen melakukan pemungutan suara untuk resolusi yang menyerukan pemerintah sementara mengakhiri perjanjian bilateral dengan koalisi pimpinan AS untuk menempatkan pasukan di Irak. Ketua parlemen Irak, Mohammed al Halbousi mengatakan perjanjian itu tidak bisa diakhiri tanpa pemberitahuan satu tahun sebelumnya.
Menlu AS Mike Pompeo yang meragukan pasukan AS akan diusir mengatakan kepada Fox News, "Kita yakin rakyat Irak menginginkan (pasukan) AS tetap berada di sana."
AS dan Irak, empat tahun lalu sepakat menempatkan kembali pasukan Amerika di Irak untuk membantu memerangi ISIS. Kesepakatan itu terjadi setelah semua pasukan AS ditarik dari invasi AS yang dimulai 2003. Invasi tersebut akhirnya menggulingkan diktator Irak Saddam Hussein, berdasarkan tuduhan keliru bahwa Saddam memiliki senjata pemusnah massal.
Puluhan anggota dari mayoritas Syiah di parlemen Irak meneriakkan tentangan terhadap AS dan mendukung Iran serta komandan militernya yang terbunuh Qasem Soleimani, sebelum pemungutan suara hari Minggu.
Resolusi parlemen tidak mengikat, tetapi Perdana Menteri sementara Adel Abdul Mehdi, sebelum pemungutan suara hari Minggu.
Resolusi parlemen tidak mengikat, tetapi Perdana Menteri sementara Adel Abdul Mehdi, sebelumnya mendesak parlemen untuk mengambil langkah-langkah mendesak dan sesegera mungkin mengakhiri kehadiran pasukan asing. (my/jm)