Pejabat dari dua parlemen yang saling bersaing di Libya untuk pertama kalinya duduk di meja perundingan dalam usaha perdamaian yang ditengahi PBB di Maroko. Jika berhasil, perundingan itu akan menghasilkan suatu pemerintahan Libya yang bersatu.
Tapi sementara itu aksi-aksi kekerasan terus berlanjut. Enam belas orang tentara nasional Libya tewas Minggu (29/6) dalam bentrokan dengan kelompok Brigade Abu Salem, yang menurut juru bicara militer memiliki hubungan dengan al-Qaida.
Sejak jatuhnya pemimpin lama Moammar Ghadafi, Libya memiliki dua pemerintahan dan dua parlemen. Pemerintah yang diakui dunia internasional berpusat di bagian Timur, karena sebuah aliansi bersenjata yang disebut Fajar Libya mengambil-alih ibukota Tripoli dan menyatakan diri sebagai pemerintah yang sah.
Perundingan yang ditengahi PBB itu dimulai Jumat. Menurut juru bicara PBB di Libya, Samir Ghattas, ini adalah suatu langkah yang penting. Sejumlah negara Eropa khawatir, apabila Libya tidak punya pemerintah pusat, negeri itu akan terus menjadi markas kelompok-kelompok militan Islam dan para penyelundup manusia.
