PM Inggris Boris Johnson dan Partai Konservatif pimpinannya meraih mayoritas di parlemen yang beranggotakan 650 orang.
Konservatif menang dalam pemilihan dini yang dapat membawa penyelesaian yang telah lama ditunggu-tunggu bagi keluarnya Inggris dari Uni Eropa, yang telah disetujui sebelumnya dalam referendum 2016.
Konservatif meraih 362 kursi, partai Buruh 203, Partai Nasional Skotlandia 48, Demokrat Liberal 11, Plaid Cymru 4, partai Hijau 1, partai lain-lainnya 20, sementara Partai Brexit tidak meraih kursi
Johnson memusatkan upaya kampanyenya pada slogan “Tuntaskan Brexit.” Ia mengatakan mayoritas di parlemen bagi Partai Konservatif akan memungkinkannya mendorong kesepakatan Brexit dengan Uni Eropa yang sebelumnya ditolak dan memulai Brexit pada 31 Januari 2020.
Penantangnya, pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbyn, telah mengatakan bahwa jika ia menang, Inggris akan menyelenggarakan referendum baru untuk menanyakan apakah warga masih ingin meninggalkan Uni Eropa atau lebih suka tetap berada di blok beranggotakan 28 negara itu.
Johnson mulai menjabat pada Juli lalu setelah pendahulunya, Theresa May, gagal dalam upayanya berulang kali untuk membuat parlemen menyetujui kesepakatan yang ia capai dengan Uni Eropa. Selama menjabat, May juga berupaya memperkuat posisi negosiasinya terkait Brexit dengan mengadakan pemilu dini, tetapi langkah tersebut menjadi bumerang baginya dengan berkurangnya kursi Konservatif.
Ini adalah kemenangan terbesar Konservatif di parlemen sejak tahun 1980-an. [uh/lt]