"Bisnis dry clean terutama tentang lokasi. Kalau lokasinya seperti di sini, di lokasi ini harga-harga rumah, pajak, sekolah, juga mahal, jadi dry clean itu kayak kebutuhan, sudah kebutuhan, bukan barang mewah lagi," kata Bambang menjelaskan pemilihan lokasi layanan jasanya.
Walaupun usaha bisnis laundry di Amerika dari hulu ke hilir didominasi oleh warga keturunan Korea, namun pasangan asal Surabaya ini mampu bertahan dan telah menjalankan "Lee Cleaners" selama lima tahun.
"Secara kebetulan tahun 2010 dari seorang teman yang memiliki, teman kerja tapi dia tahu tentang usaha dry clean begitu, ada yang menjual bisnis ini," kata Dian.
Sebelum memiliki "Lee Cleaners" keduanya bekerja di sebuah dry cleaner selama 10 tahun, sambil mempelajari seluk-beluk bisnis ini. Pengalaman yang cukup panjang membuat mereka paham akan kiat-kiat utama dalam memperoleh pelanggan.
"Dari kita kerja 10 tahun itu kita kan juga membina hubungan begitu loh, jadi sedikit banyak mereka juga membantu kami. Tapi kita punya moto bahwa kita bisnis dry clean berarti kita itu membersihkan pakaian orang lain, jadi pertama itu harus bersih, nah itu yang kita pegang, terus kedua, ini hubungan antar customer sama kita, bagaimana cara kita memberi service kepada mereka,” kata Dian
Dengan alasan untuk mempertahankan pelanggan yang telah ada, mereka juga mengganti nama "Lee Cleaners" yang berasal dari pemilik sebelumnya.
Biaya cuci yang dikenakan di "Lee Cleaners" mulai dari 2 dolar hingga yang paling mahal 250 dolar untuk gaun pengantin.
Dari bisnis ini keduanya memperoleh penghasilan kotor sebesar 250 ribu dolar untuk gaun pengantin.
Dari bisnis ini, keduanya memperoleh penghasilan kotor sebesar 250 ribu dolar per tahun, atau hampir 3 setengah milyar rupiah, di mana 30 persennya berasal dari memperbaiki baju.
Dalam menjalankan bisnisnya, Bambang dan Dian bekerja bahu-membahu tanpa dibantu karyawan lain. Ini tentunya tidak mudah.
Dian mengatakan, "Ya banyak sekali tantangannya, apalagi kita berdua bekerja, di rumah sudah berdua, di kerjaan ya berdua, jadi kadang-kadang kita juga bertengkar masalah kerjaan, jadi ya kalau masalah pekerjaan kita ada perselisihan, ya diselesaikan di pekerjaan, kalau di rumah ya di rumah, kita ada komitmen seperti itu, jangan dibawa masalah kerjaan ke rumah."
Bambang menambahkan, "Saya berusaha menyeimbangkan antara anak, di keluarga, sama bisnis, berusaha seimbang, jadi anak juga keurus, bisnis juga keurus, nah itu yang paling susah di sini."
Karena keluarga tetaplah yang Utama bagi keduanya, rencana memperbesar usaha baru pun baru akan dilakukan setelah anak-anak mereka besar.
"Keluarga dinomor-satukan dulu, bisniskan cuman uang buat bayar bill," kata Bambang menutup wawancara dengan VOA.