Pasukan internasional berencana untuk tetap berada di Afghanistan melampaui tenggat bulan Mei sebagaimana diperkirakan dalam perjanjian antara kelompok gerilyawan Taliban dan Amerika, demikian pernyataan empat pejabat senior NATO sebagaimana dilaporkan Reuters hari Minggu (31/1). Langkah ini diperkirakan akan meningkatkan ketegangan dengan Taliban, yang selama ini menuntut penarikan penuh pasukan asing dari negara itu.
“Tidak akan ada penarikan penuh pasukan sekutu pada akhir April,” ujar salah seorang pejabat kepada Reuters. “Kondisinya belum terpenuhi,” tambahnya tanpa menyebut nama karena sensitifnya masalah itu.
“Dengan pemerintah baru Amerika, akan ada perubahan dalam kebijakan, penarikan yang terasa tergesa-gesa akan ditangani dan kita akan melihat strategi penarikan pasukan yang lebih diperhitungkan,” tegasnya.
Pemerintah Amerika – yang ketika perjanjian itu ditandatangani awal tahun lalu dipimpin oleh Presiden Donald Trump – menyerukan penarikan mundur seluruh pasukan asing selambat-lambatnya pada bulan Mei sebagai imbalan dipenuhinya sejumlah jaminan keamanan.
Trump memuji perjanjian itu – yang tidak melibatkan pemerintah Afghanistan – sebagai cara mengakhiri perang yang sudah berlangsung selama dua puluh tahun. Ia mengurangi personil pasukan Amerika hingga 2.500 orang pada bulan Januari ini, yang paling sedikit sejak tahun 2001.
Sumber-sumber di NATO mengatakan rencana tentang apa yang akan terjadi setelah April nanti sedang dipertimbangkan dan tampaknya akan menjadi isu utama dalam pertemuan NATO Februari mendatang.
Sejumlah diplomat dan pakar mengatakan pada Reuters, posisi NATO menjadi semakin penting setelah kelompok aliansi itu dikesampingkan oleh Trump.
Pembicaraan damai antara pemerintah Afghanistan dan Taliban telah dimulai September lalu di Doha, tetapi aksi kekerasan masih tetap terjadi.
“Tidak ada sekutu NATO yang ingin berada di Afghanistan lebih lama dari yang diperlukan, tetapi kami telah menegaskan bahwa kehadiran kami tetap berdasarkan situasi yang ada,” ujar juru bicara NATO, Oana Lungescu.
Ditambahkannya, belum ada keputusan yang diambil NATO dan pertemuan pendahuluan para menteri pertahanan NATO belum dapat dilaksanakan sebelum pertemuan Februari nanti. “Sekutu terus mengkaji seluruh situasi dan berkonsultasi tentang rencana ke depan,” ujarnya.
NATO terus menyerukan semua pihak untuk “merebut kesempatan bersejarah ini demi tercapainya perdamaian,” tambah Lungescu.
“NATO mendukung penuh proses perdamaian di Afghanistan untuk memastikan agar negara itu tidak lagi menjadi tempat berlindung yang aman bagi teroris yang akan menyerang tanah air kami,” tegasnya.
Hingga saat ini ada sekitar 10.000 tentara asing di Afghanistan, termasuk tentara Amerika. Sumber-sumber NATO mengatakan jumlah pasukan diperkirakan akan tetap sama hingga setelah Mei nanti, tetapi selepas tenggat itu masih belum jelas.
Pemerintah Afghanistan, beberapa negara dan badan asing mengatakan Taliban telah gagal memenuhi persyaratan karena meningkatnya aksi kekerasan dan kegagalan memutuskan hubungan dengan kelompok militan Al Qaeda. Taliban telah membantah hal ini.
Pemerintah Joe Biden, yang menggantikan Trump pada 20 Januari lalu, telah melancarkan kajian atas perjanjian perdamaian pendahulunya. [em/lt]