Pasukan keamanan Kongo membunuh setidaknya 36 pengungsi Burundi dan melukai lebih dari 100 lainnya dalam konfrontasi hari Jumat (15/9), dipicu rencana pemulangan sebagian pengungsi ke negara asal mereka, beberapa pejabat dan aktivis setempat mengatakan.
Tentara dan polisi melepaskan tembakan ketika para pengungsi berusaha membebaskan beberapa rekan mereka di Kamanyola, kota di Republik Demokratik Kongo timur dekat perbatasan dengan Burundi.
Pasukan berusaha membubarkan para pengungsi dengan “melepaskan tembakan ke udara namun kewalahan,” ketika kelompok tersebut mulai melempari petugas dengan batu, menurut pejabat kementerian dalam negeri Josue Boji.
Saksi mata Alfred Rukungo mengatakan tentara terus menembaki kerumunan bahkan setelah beberapa pengungsi terluka.
Pejabat komunikasi PBB yang berbasis di Kongo, Florence Marchal, memastikan korban tewas dalam insiden tersebut dan mengatakan bahwa pemerintah Kongo, badan pengungsi PBB dan misi penjaga perdamaian PBB di Kongo “telah menempatkan tim di lokasi untuk mencari tahu apa sebenarnya yang terjadi.”
Pernyataan yang dirilis Organisasi Misi Stabilisasi PBB di Republik Demokratik Kongo (MONUSCO) menyebutkan setidaknya 117 lainnya luka-luka dan jumlah korban tewas mungkin akan bertambah. Ketua MONUSCO Maman Sidikou meminta pihak berwenang agar segera menyelidiki kejadian tersebut.
Melalui Twitter, Menteri Luar Negeri Burundi meminta Kongo dan PBB menjelaskan tentang penembakan tersebut.
Badan Pengungsi PBB (UNHCR) merilis pernyataan berisi ungkapan keterkejutan dan kesedihan atas kematian tersebut, dan menyerukan dilakukannya penyelidikan. UNHCR mengatakan, bersama mitranya telah mengirim tim ke Kamanyola, termasuk staf medis, untuk merawat yang terluka.
Lebih dari 400.000 pengungsi dari Burundi melarikan diri ke negara tetangga, Kongo, sejak tahun 2015, untuk menghindari kekerasan politik yang dipicu oleh kemenangan Presiden Pierre Nkurunziza yang untuk masa jabatan ketiga yang disengketakan. [ka/lt]