Pasukan keamanan Sudan pada hari Senin (29/7) menembak tewas lima orang setelah menggunakan peluru tajam untuk mengakhiri demonstrasi, kata penyelenggara.
Menurut Komite Pusat Dokter Sudan, penembak jitu menembaki demonstrasi mahasiswa di kota Al-Obeida, menyebabkan beberapa orang terluka dan lima tewas.
"Sebagian besar yang terluka ditembak pada bagian kaki, kepala, dan perut," kata Mustafa Mohammed, seorang dokter di Al-Obeid kepada kantor berita Associated Press.
Empat dari mereka yang tewas adalah mahasiswa.
Para demonstran memprotes kelangkaan layanan di wilayah tersebut dan apa yang mereka katakan kehadiran militer yang melampaui batas. Pembunuhan itu terjadi sehari menjelang dilanjutkannya perundingan antara para pemimpin demonstrasi dan pemimpin militer yang saat ini berkuasa di wilayah tersebut.
Para jenderal dan pemimpin demonstrasi telah menandatangani perjanjian pembagian kekuasaan yang memfasilitasi transisi menuju pemerintahan sipil sepenuhnya. Demonstrasi pecah di seluruh Sudan pada bulan Desember dimana banyak yang menuntut pengunduran diri Presiden Omar al-Bashir.
Bashir kemudian digulingkan oleh militer pada bulan April tapi banyak warga di seluruh negeri menginginkan pemerintahan sipil.
Para demonstran memprotes kekuasaan baru militer negara itu. Pada bulan Juni, kekerasan mencapai puncaknya dengan pasukan keamanan Sudan menewaskan sekitar 100 orang dalam penumpasan di sebuah kamp protes di ibukota negara itu, Khartoum.
Menurut perjanjian pembagian kekuasaan antara para pemimpin demonstrasi dan militer, kedua kelompok itu akan membentuk komite yang berkuasa bersama selama tiga tahun lebih sampai pemilu diselenggarakan. (my/ka)