Paus Fransiskus mengakhiri lawatannya di Bolivia, Jumat, dengan mengunjungi penjara Palmasola yang penuh sesak dan sarat kekerasan.
Palmasola paling terkenal dari 32 penjara Bolivia, dibangun untuk menampung sekitar 800 tahanan, namun pada kenyataannya menampung 5.000 orang, lebih dari empat dalam setiap lima tahanan yang masih menanti persidangan.
Dua tahun lalu, 36 orang tewas dalam perkelahian sengit antara geng-geng yang berseteru, dengan menggunakan parang dan penyembur api buatan sendiri. Bolivia terkenal memiliki peradilan yang korup, dengan sekitar 1.000 hakim dan 300 jaksa diselidiki atau diadili karena korupsi.
Hari Kamis, Paus berbicara mengecam keserakahan korporasi dan meminta maaf atas kolonialisme di Amerika dalam pidato di depan organisasi-organisasi pembela warga pengangguran dan kaum miskin, yang tak berladang.
Berpidato pada “Pertemuan Gerakan Rakyat Sedunia” di Santa Cruz, Bolivia, Sri Paus bertanya, "Apakah kita sadar bahwa ada sesuatu yang salah di dunia, di mana ada begitu banyak petani tanpa tanah, keluarga tanpa rumah, buruh tanpa hak, martabat manusia yang tidak dihormati?"
Paus juga meminta maaf atas pelanggaran sejarah yang disebabkan oleh Gereja Katolik Roma dan penjajahan bangsa kulit putih yang menetap di Amerika dengan mengorbankan penduduk asli.