PBB menuduh pihak-pihak yang bertikai di Afghanistan telah membunuh dan melukai lebih dari 430 non-pejuang selama enam minggu terakhir, dengan mengabaikan hukum internasional terkait perlindungan warga sipil.
Sebuah laporan yang dirilis Selasa (19/5) oleh Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) muncul ketika para pejabat Afghanistan dan Taliban melaporkan pertempuran baru di beberapa provinsi, dimana kedua pihak saling tuduh telah mengorbankan sejumlah warga sipil.
Perang Afghanistan mengalami peningkatan dengan dimulainya pertempuran musim panas, meskipun sebuah perjanjian yang ditandatangani Amerika dengan Taliban bulan Februari 2020 di tengah harapan dapat mengurangi permusuhan yang mematikan di negara tersebut.
Laporan UNAMA mencatat Taliban pada bulan April mengakibatkan 208 korban warga sipil, atau peningkatan 25 persen dari pada bulan yang sama tahun lalu. UNAMA juga menyalahkan pasukan keamanan Afghanistan menyebabkan 172 korban sipil pada bulan April 2020, atau37% itu lebih tinggi daripada bulan sebelumnya.
"Saya serukan diakhirinya pertempuran dan bagi semua pihak untuk menghormati hukum kemanusiaan yang berlaku di sana guna melindungi warga sipil," kata pimpinan UNAMA Deborah Lyons. Ia juga menyerukan agar segera memulai perundingan perdamaian intra-Afghanistan.
"Pihak-pihak yang terkait berjanji akan mencari solusi damai dan harus melindungi kehidupan semua warga Afghanistan, serta tidak menghalangi harapan para warga untuk mengakhiri perang," kata Lyons lebih lanjut.
UNAMA juga mengungkapkan keprihatinan atas tidak adanya penurunan tingkat kekerasan pada paruh pertama bulan Mei, menyebutkan sejauh ini lebih dari 50 warga sipil tewas dan puluhan lainnya luka-luka dalam sejumlah serangan, termasuk yang diklaim oleh kelompok ISIS.
Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid menolak beberapa temuan UNAMA itu dan menuduh badan PBB itu telah "menyembunyikan" jumlah korban yang diakibatkan serangan pasukan pemerintah dan mitra militer asing yang dalam beberapa hari terakhir menimpa warga sipil Afghanistan.
Menanggapi laporan itu, pemerintah Afghanistan berkeras, informasi yang mereka kumpulkan dari lapangan menunjukkan "Taliban dan beberapa aliansi kelompok teroris itu bertanggung jawab atas sebagian besar korban warga sipil tersebut." [mg/ii]