Tautan-tautan Akses

PBB: Perlu 50,5 Juta Dolar untuk Bantu Korban Gempa dan Tsunami di Sulawesi Tengah.


Tim pengelamat menggunakan alat berat untuk membersihkan puing-puing bangunan pasca gempa dan tsunami di Palu, Jumat (5/10).
Tim pengelamat menggunakan alat berat untuk membersihkan puing-puing bangunan pasca gempa dan tsunami di Palu, Jumat (5/10).

PBB menyatakan membutuhkan 50,5 juta dolar (sekitar Rp 765 Miliar) dari masyarakat internasional untuk membantu 191 ribu korban gempa bumi dan tsunami pekan lalu di Sulawesi Tengah.

PBB mengumumkan hal ini hari Jumat (5/10) dengan mengatakan pihaknya menyusun program bantuan ini dengan berkonsultasi dengan pemerintah Indonesia. Bantuan dari masyarakat internasional itu diharapkan bisa dikumpulkan dalam tiga bulan ke depan.

Sepekan setelah gempa bumi dan tsunami di Sulawesi Tengah, HCT (Humaniatrian Country Team) meluncurkan sebuah Rencana Tanggap Darurat, guna mencari dana sebesar US$50,5 juta untuk berbagai aktivitas bantuan amal.

Rencana Bantuan itu dikonsultasikan dengan berbagai instansi Pemerintah Indonesia, dan menjelaskan bagaimana cara pihak komunitas kemanusiaan tersebut nantinya menyediakan bantuan teknis dan tepat sasaran dalam mendukung Rencana Tanggap Darurat pimpinan-Pemerintah Indonesia. Hari ini , Rencana Tanggap itu memaparkan dukungan komunitas kemanusiaan internasional bertujuan untuk memberi bantuan kepada 191.000 orang untuk selama tiga bulan mendatang.

Setelah gempa bumi dan disusul tsunami yang menerjang Palu, Sulawesi Tengah tanggal 28 September, lebih dari 1.500 orang diketahui meninggal dan 2,500 orang cedera berat. 113 orang lagi masih belum ditemukan.

Akibat bencana itu, diperkirakan 65.000 rumah mengalami kerusakan, termasuk sekitar kurang lebih 10.000 rumah hancur total oleh tsunami, dan 15,000 rumah rusak berat akibat gempa bumi. Ribuan orang lagi masih sangat takut tinggal di rumah mereka, apalagi pada malam hari, karena khawatir akan gempa susulan.

Koordinator PBB di Indonesia, Anita Nirody mengatakan, “Gempa dan tsunami itu membuat hampir semua jalan-raya terputus selama beberapa hari di Palu dan Donggala akibat tanah longsor dan kerusakan infrastruktur, dan menimbulkan sejumlah kendala akses dan logistik yang signifikan."

Rencana Tanggap Darurat itu menguraikan bukan hanya barang-barang bantuan amal darurat yang akan diprioritaskan oleh komunitas kemanusiaan internasional tersebut, tetapi juga dukungan logistik yang diperlukan untuk mengantarkan bantuan kepada mereka yang memerlukannya.

“Sepekan setelah bencana, baru diketahui seberapa besar bencana itu seluruhnya. Orang yang terkena dampaknya, khususnya mereka yang kehilangan rumah mereka dan semua harta-benda mereka, memerlukan tempat penampungan, akses ke air bersih, perawatan kesehatan dan dukungan phisikososial. Pendanaan yang diminta melalui Rencana Tanggap Darurat akan memungkinkan komunitas kemanusiaan internasional itu untuk lebih efektif mendukung rencana tanggap pihak Pemerintah Indonesia dan berbagai organisasi lokal,” imbuh Anita.

Hari Jumat Wakil Presiden Jusuf Kalla mengunjungi kota Palu yang terparah ditimpa bencana itu. Ia menjenguk korban yang dirawat di rumah sakit, meninjau pemberian bantuan. Kemudian mengadakan jumpa pers di mana ia menganjurkan penduduk bekerjasama dengan pemerintah dan pihak berwenang setempat untuk membangun kembali kota itu.

Pihak Central Emergency Response Fund telah mengalokasikan $15 juta untuk mendukung sejumlah aktivitas termasuk dalam RencanaTanggap Darurat itu, dan akan mendanai proyek-proyek logistik, air dan sanitasi, pengelolaan kamp, kesehatan, tempat penampungan, perlindungan dan ketahanan pangan dan kebutuhan hidup.

Untuk informasi lebih jauh silahkan hubungi: Helen Mould, Public Information Officer, mould&un.org. Tel. +66 63 270 9122 [is/al]

XS
SM
MD
LG