Biro senjata kimia PBB dan Dewan Keamanan membentuk Mekanisme Penyelidikan Bersama atau Joint Investigative Mechanism (JIM) tahun lalu setelah muncul laporan sebanyak 116 insiden serangan kimia di Suriah terhadap warga sipil sejak 2014.
Misi JIM dibentuk agar tidak ada salah satu pihak menyalankan yang lainnya. Mereka akan menyerahkan hasil investigasi dan bukti kepada Dewan Keamanan PBB.
Tetapi para pemimpin JIM mengatakan "semua individu, kelompok, entitas, atau pemerintah yang berperan sebagai pemberdaya penggunaan bahan kimia sebagai senjata, untuk alasan apapun dan dalam keadaan apapun, harus memahami bahwa mereka akan diidentifikasi dan bertanggung jawab atas tindakan-tindakan mengerikan itu."
Pemerintah Suriah dan pemberontak menyalahkan satu sama lain atas penggunaan bahan kimia terhadap warga sipil itu. Namun para pejabat AS mengatakan, sebagian serangan yang melibatkan barrel bom atau bom rakitan yang diisi pecahan logam dan dijatuhkan dari helikopter mengingatkan, pemberontak tidak memiliki helikopter.
Lima kasus diselidiki secara menyeluruh, kecurigaan atas penggunaan senjata kimia di desa-desa di Hama dan Idlib pada tahun 2014 sampai 2015 dan pada sebuah kota dekat perbatasan Turki di mana ISIS aktif di sana.
Sementara itu, Kepala Badan Intelijen Pusat AS (CIA), John Brennan mengatakan, ISIS menggunakan senjata seperti itu di Suriah.
Brennan mengatakan kepada stasiun TV CBS dalam acara 60 Minutes yang akan disiarkan hari Minggu, ada sejumlah contoh di mana teroris menggunakan "bahan kimia di medan perang".
Dia menambahkan bahwa ISIS punya kapasitas untuk membuat sejumlah kecil gas klorin dan gas mustard dan mungkin berusaha untuk menjual bahan kimia itu. [ps/jm]
