Tautan-tautan Akses

PBB: Israel Menahan dan Menganiaya Ribuan Warga Sipil Palestina 


Tentara Israel berdiri di dekat truk yang berisi puluhan tahanan Palestina yang diikat dan ditutup matanya, di Gaza, 8 Desember 2023 (foto: dok).
Tentara Israel berdiri di dekat truk yang berisi puluhan tahanan Palestina yang diikat dan ditutup matanya, di Gaza, 8 Desember 2023 (foto: dok).

Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia PBB (OHCHR), Jumat (19/1), menuduh Israel telah menahan ribuan warga Palestina di lokasi rahasia di Gaza dan Tepi Barat, di mana mereka menerima perlakuan buruk yang bisa berarti termasuk penyiksaan para tahanan.

Berbicara kepada wartawan di Jenewa melalui tautan video dari Gaza, Ajith Sunghay, perwakilan OHCHR di wilayah pendudukan Palestina, mengatakan dia bertemu dengan “sejumlah” tahanan yang dibebaskan dan mengatakan bahwa mereka telah ditahan oleh Pasukan Pertahanan Israel selama antara 30 dan 55 hari.

“Mencari angka yang paling bawah sangatlah sulit, tetapi kami mendengar bahwa jumlahnya mencapai ribuan,” kata Sunghay.

“Mereka menggambarkan pemukulan, penghinaan, perlakuan buruk dan apa yang mungkin termasuk penyiksaan,” tambahnya.

“Ada laporan mengenai laki-laki yang kemudian dibebaskan – namun hanya mengenakan popok, tanpa pakaian yang memadai dalam cuaca dingin sekarang ini.”

Sunghay juga mengatakan bahwa para tahanan yang dibebaskan tersebut “melaporkan bahwa mereka ditutup matanya dalam jangka waktu yang lama – beberapa di antaranya selama beberapa hari berturut-turut,” dan sebagian besar mengatakan “mereka pernah dibawa ke Israel,” meskipun mereka tidak dapat menentukan secara spesifik di mana.

Juru bicara OHCHR Ravina Shamdasani mengatakan bahwa lembaganya telah berhubungan dengan pihak berwenang Israel mengenai tuduhan pelecehan.

“Kami telah menyampaikan keprihatinan kami kepada pihak berwenang Israel mengenai perlakuan buruk, yang berarti penyiksaan terhadap tahanan di wilayah pendudukan Palestina berulang kali sebelum 7 Oktober dan sejak saat itu. Sayangnya, kami belum menerima tanggapan apa pun, " katanya.

VOA menghubungi misi Israel di Jenewa untuk memberikan komentar tetapi tidak mendapat tanggapan.

Kelompok militan Hamas menyerang Israel selatan pada 7 Oktober, menewaskan sekitar 1.200 orang, sebagian besar warga Israel, dan menculik 250 orang sebagai sandera. Serangan brutal tersebut mendapat tanggapan keras dari pasukan Israel, yang menurut Kementerian Kesehatan Hamas di Gaza, telah menewaskan lebih dari 24.000 orang – 70 persen di antaranya adalah wanita dan anak-anak – dan melukai sedikitnya 60.000 orang lainnya.

OHCHR mengatakan Israel harus memastikan bahwa semua orang yang ditangkap atau ditahan diperlakukan sesuai dengan norma-norma internasional dan standar hukum kemanusiaan, dan bahwa semua kasus pelecehan diselidiki.

Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina, UNRWA, memperkirakan 1,7 juta orang menjadi pengungsi internal, sebagian besar berdesakan di tempat penampungan sementara yang penuh sesak di Gaza selatan.

FILE - Seorang gadis Palestina yang terluka dalam pemboman Israel di Jalur Gaza menerima perawatan di rumah sakit Nasser di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, 2 Januari 2024.
FILE - Seorang gadis Palestina yang terluka dalam pemboman Israel di Jalur Gaza menerima perawatan di rumah sakit Nasser di Khan Younis, Jalur Gaza selatan, 2 Januari 2024.

Kondisi rumah sakit-rumah sakit di Gaza mengerikan

Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan hanya 15 dari 36 rumah sakit di Gaza yang berfungsi sebagian, dan rumah sakit yang buka mengalami kekurangan obat-obatan, pasokan, dan staf.

“Karena kurangnya akses ke rumah sakit, 60.000 wanita hamil berisiko tidak menerima perawatan yang memadai jika terjadi komplikasi,” demikian laporan status terbaru OCHA.

Laporan tersebut juga mengatakan “ratusan kasus keguguran dan kelahiran prematur telah dilaporkan sejak pecahnya permusuhan,” sebuah penilaian yang dikonfirmasi oleh Dana Anak-anak PBB (UNICEF).

“Para ibu menghadapi tantangan yang tak terbayangkan dalam mengakses perawatan medis, nutrisi dan perlindungan yang memadai sebelum, selama dan setelah melahirkan,” kata Tess Ingram, spesialis komunikasi UNICEF, berbicara dari Amman, Yordania.

“Kondisi ini membuat ibu berisiko mengalami keguguran, bayi lahir mati, persalinan prematur, kematian ibu, dan trauma emosional. Melihat bayi yang baru lahir menderita, sementara beberapa ibu meninggal karena kehabisan darah, seharusnya membuat kita semua tetap terjaga di malam hari,” katanya. “Mengetahui dua anak kecil Israel yang diculik pada 7 Oktober masih belum dibebaskan juga harus membuat kita tetap sadar.”

Israel menolak kritik bahwa Pasukan Pertahanan Israel menargetkan warga sipil Palestina dengan menyerang rumah sakit di Gaza.

Dalam konferensi pers pada 27 Oktober, juru bicara militer Israel Laksamana Muda Daniel Hagai mengatakan, “Dalam perang ini, semua opsi ada di meja.” Dia mengatakan bahwa “Hamas telah mengubah rumah sakit menjadi pusat komando dan kontrol dan tempat persembunyian bagi teroris dan komandan Hamas” sebagai pembenaran atas kemungkinan serangan udara terhadap rumah sakit.

Reuters melaporkan bahwa Israel menggerebek rumah sakit Al-Shifa pada 15 November, mengatakan bahwa mereka telah menemukan pusat komando dan senjata serta peralatan tempur milik Hamas di rumah sakit terbesar di Gaza.

Ingram mengatakan pada Jumat bahwa hampir 20.000 bayi telah lahir dalam perang dalam 105 hari meningkatnya pertempuran di Jalur Gaza.

“Itu adalah bayi yang lahir dalam perang yang mengerikan ini setiap 10 menit,” katanya. “Menjadi seorang ibu seharusnya menjadi saat yang penuh perayaan (kebahagiaan). Namun di Gaza, (itu berarti) anak yang dilahirkan dalam neraka.” [pp/ft]

XS
SM
MD
LG