PBB hari Senin (27/1) membeberkan rincian baru yang mengerikan tentang serangan udara yang menghantam pusat penahanan migran di Libya, menewaskan sedikitnya 50 orang.
Serangan Juli lalu itu, salah satu yang paling mematikan terhadap warga sipil sejak dimulainya perang saudara Libya, memicu kecaman internasional dan tuduhan kejahatan perang.
Laporan 13 halaman itu menyebutkan perilaku pejabat lokal pada saat serangan mematikan tersebut mungkin mengakibatkan tingginya angka kematian.
Laporan itu juga mencatat banyak pelanggaran hukum internasional oleh pihak-pihak milisi Libya yang berperang dan mendesak penyelidikan lebih lanjut untuk memastikan akuntabilitas. Laporan diterbitkan hari Senin oleh Misi Dukungan PBB di Libya dan Kantor HAM PBB.
Fasilitas penahanan Tajoura, yang dikelola milisi yang bersekutu dengan pemerintah dukungan PBB di ibu kota Libya, Tripoli, dalam berbagai cara menempatkan pengungsi sipil "dalam bahaya besar," kata laporan itu.
Selain terletak dalam kompleks militer, fasilitas itu terletak di samping depot amunisi, menjadikannya target utama pasukan oposisi yang mengepung ibukota, tetapi penjaga di sana itu juga melarang tahanan melarikan diri setelah serangan udara pertama.
Saksi mata mengatakan kepada penyelidik PBB bahwa mereka mencoba melarikan diri tetapi dilarang penjaga dan dipaksa masuk lagi.
Serangan udara kedua langsung menghantam hangar itu, yang berisi migran, menewaskan sedikitnya 50 orang dan melukai lebih dari 100 lainnya.(ka/ii)