Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, peringatan Hari Pendidikan Nasional tahun ini tidak hanya memberikan penghargaan pada guru, tetapi juga pegiat literasi atau mereka yang mendorong minat baca. Dengan cara kreatif mereka menumbuhkan minat baca anak di berbagai pelosok Indonesia.
“Ini sepeda motor saya modifikasi Pak!”
Demikian ujar seorang pegiat literasi menjawab keheranan Presiden Joko Widodo ketika melihat sepeda motor yang diberi keranjang berukuran besar yang dipenuhi berbagai buku.
“Saya beli sepeda ini di tempat rongsokan sekitar 400 ribu Pak. Saya tambahi rel dari Cina, belakangnya dari Vespa, saya kasih keranjang, yaa jadi ini memang hasil modifikasi Pak. Aslinya mungkin sepeda motor BMX 86 Pak.’’
Meski disambut sorak sorai dan tawa hadirin yang menyaksikannya, pegiat literasi ini tetap bersemangat menceritakan bagaimana ia keluar masuk desa di Jawa Tengah membawa buku dan mendorong anak-anak sekolah supaya mau membaca. Presiden Joko Widodo yang tidak bisa menahan haru, menepuk pundak pemuda itu dan kemudian mencoba motor modifikasi yang sehari-hari dikendarainya.
Wartawan dan fotografer pun langsung mengabadikan momentum yang jarang terjadi itu.
"Saya memang hari ini mengundang pegiat literasi atau minat baca anak-anak yang saya sangat surprise, kaget, kagum karena bermacam cara ternyata telah dilakukan mereka. Ada perahu yang digunakan sebagai perpustakaan, ada yang jualan jajanan pasar atau burger plus membawa buku, ada yang sambil jualan jamu, ada bemo yang disisi belakangnya diberi tumpukan buku sehingga kalau pas macet penumpangnya bisa baca, ada juga bemo lain yang keliling memberikan bahan-bahan bacaan, ada yang berkuda karena gak mungkin naik motor atau bemo karena wilayahnya pegunungan, jadi ia berkuda. Ini sebuah gerakan yang sangat bagus sekali, tidak disentuh pemerintah tapi bisa bergerak sendiri," kata Jokowi.
Dalam dialog dengan presiden, Misbach Surbakti – seorang guru SMP asal Manokwari, Papua Barat – menceritakan mengapa ia tergerak mendorong minat baca di kalangan anak-anak.
‘’Saya sedih melihat kemampuan baca siswa baru di SMP sangat rendah. Saya ajak guru-guru keluar masuk kampung membawa buku dalam noken (kantung yang terbuat dari akar atau serat pohon). Harapannya membawa dampak pada anak-anak. Saya tidak punya maksud mengajari dan menyalahkan siapapun. Sebab kalau hanya mencari siapa yang salah, ini seperti mengurai benang kusut yang sudah puluhan tahun,” tutur Misbach.
Hal senada disampaikan Ridwan Sururi, pegiat literasi di Gunung Slamet yang berkeliling membawa buku dengan menunggangi kuda.
“Awalnya saya hanya punya 30 buku, kini sudah 150-200 buku. Ada lima ekor kuda, tapi itu hanya kuda titipan. Yang bisa digunakan untuk operasional hanya tiga ekor. Kalau pagi saya mengurus kuda dan ngarit (mencari rumput). Siangnya baru ngiter kampung dan ke tempat pengajian anak-anak,” paparnya.
Dalam dialog itu para pegiat literasi atau minat baca ini menyampaikan beberapa saran antara lain soal sulitnya mendapatkan buku-buku baru yang berkualitas, juga buku-buku tentang budi pekerti dan adat istiadat yang dulu kerap ada dalam buku-buku cerita rakyat. Menjawab saran itu Presiden Joko Widodo langsung memerintahkan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Muhadjir Effendy untuk mengirimkan minimal 10 ribu buku ke sejumlah lokasi.
‘’Saya sudah sampaikan pada Mendikbud – karena setelah berbicara agak lama tadi – ternyata buku-bukunya masih kurang. Saya perintahkan di setiap titik-titik yang dioperasikan pegiat literasi tadi, minimal dikirim 10.000 buku. Ini bisa menggerakkan minat baca anak-anak kita untuk mencari pengetahuan dari buku,’’ ujar Jokowi.
Selain faktor keragaman dan kualitas buku, masalah lain yang kerap dijumpai para pegiat literasi di lapangan adalah ongkos kirim jika sampai harus memesan buku. Hal ini juga langsung dijawab presiden.
‘’Yang kedua dan sangat penting ternyata bukan bukunya, tetapi ongkos kirimnya karena letaknya di gunung, di perbatasan, di tepi pantai, di lembah dll. Sangat jauh sekali sehingga ongkosnya sangat mahal. Tapi saya perintahkan pada Direktur PT. Pos Indonesia agar ada satu hari saja untuk mengirim buku secara gratis setiap bulan. Ini masukan dari para pegiat literasi tadi. Yaitu agar pengiriman buku gratis sehingga lebih gampang, mudah dan tidak terbebani biaya. Saya akan sampaikan tanggalnya bulan depan. Berdasarkan cerita-cerita pegiat literasi ini, minat baca warga kita ini ada dan sangat besar. Tetapi memang karena faktor geografis yang sulit jadi susah dijangkau. Ini sangat bagus sekali,” ungkap Jokowi.
Pegiat literasi yang diundang ke Istana Negara pekan lalu bukan hanya warga masyarakt yang secara kreatif mendorong minat baca masyarakat, tetapi juga anggota polisi. Ada tiga polisi yang hadir karena dinilai berprestasi meningkatkan pendidikan masyarakat lewat peran mereka di babinkamtibmas di wilayah tugas masing-masing, tanpa mengabaikan tugas utama mereka. [em/al]