Penasihat khusus PBB di Suriah, Jan Egeland, Kamis (24/8) mengatakan, kebutuhan ribuan warga sipil yang terjebak di lima lingkungan Raqqa yang berada di bawah kekuasaan ISIS di luar dugaan.
Egeland menyerukan keprihatinan tentang kurangnya perlindungan karena serangan militer untuk merebut kembali kota Suriah dari ISIS itu meningkat. Dia mengatakan, warga sipil menderita korban besar akibat tembakan-tembakan senjata berat oleh pemerintah Suriah dan serangan udara terus-menerus oleh pasukan koalisi yang didukung AS.
"Tampaknya warga sipil tidak bisa melarikan diri ... Saya tidak dapat membayangkan tempat yang lebih buruk sekarang ini daripada di lima lingkungan itu di mana terdapat 20.000 orang di sana," ujar Egeland.
Egeland mengatakan, PBB mendesak sebuah satuan tugas kemanusiaan, termasuk anggota koalisi yang berjuang merebut kembali Raqqa, untuk membantu orang-orang melarikan diri dari kota yang terkepung itu.
"Orang yang keluar akan terkena risiko serangan udara. Apakah ini waktunya kita mengumumkan jeda kemanusiaan, seperti yang kita lakukan di banyak tempat lain, termasuk di Aleppo?," tambahnya.
Egeland mengakui kesulitan untuk memberlakukan jeda kemanusiaan dalam pertempuran untuk memungkinkan warga sipil mengungsi. Dia mengatakan, hal itu terutama karena PBB tidak mempunyai mitra negosiasi di Raqqa, ibukota yang diklaim oleh ISIS.
Tidak seperti daerah lain, misalnya Aleppo, di mana dimungkinkan untuk mencapai genjatan senjata, dia mengatakan PBB tidak memiliki kontak dengan ISIS yang dengan sengaja menggunakan warga sipil sebagai perisai manusia.
Menurut kelompok hak asasi manusia, Amnesty International, ratusan orang telah tewas atau terluka sejak serangan merebut kembali Raqqa dari ISIS dimulai bulan Juni. [ps/ii]