JAKARTA —
Para pekerja tambang di Papua Barat mempertanyakan standar keselamatan di tambang emas dan tembaga raksasa di mana sebuah fasilitas pelatihan bawah tanah runtuh pekan lalu, menewaskan puluhan penambang.
Para pekerja Freeport sedang mengikuti sesi pelatihan keselamatan ketika terowongan yang menuju ke fasilitas pelatihan bawah tanah Freeport-McMoran runtuh Selasa lalu.
Sepuluh orang berhasil menyelamatkan diri, lima tewas seketika dan 23 lainnya terperangkap. Walaupun dilakukan upaya penyelamatan yang intensif seminggu ini, tidak ada korban selamat yang ditemukan. Jumlah korban tewas mencapai 28 orang.
Freeport McMoRan langsung memberikan kompensasi kepada keluarga korban, termasuk memberikan beasiswa bagi anak-anak mereka.
Tapi pertanyaan tentang standar keselamatan fasilitas pelatihan bawah tanah itu masih belum terjawab.
Pejabat Serikat Pekerja Freeport Virgo Solossa mengatakan kepada VOA perusahaan seharusnya bisa berbuat lebih banyak untuk memastikan standar keselamatan.
“(Ketika para pekerja ditanya tentang) apa pesan dan kesan mengikuti kegiatan ini, rata-rata semua peserta yang ikut disitu, menginginkan agar kegiatan annual refresher itu tidak dilakukan di dalam underground, kalau boleh dilakukan di Timika, atau di daerah 68. Semua peserta menginginkan hal itu karena tidak mau agenda (pelatihan keselamatan) itu terjadi di dalam underground. Kita (mengikuti) orientasi tentang safety, tapi tidak berada di tempat yang safe,” ujar Virgo.
Dia mengatakan insiden itu seharusnya bisa dihindari jika pusat pelatihan itu dipindahkan ke permukaan tanah seperti yang sudah diminta berulang kali oleh para pekerja.
Dia menambahkan Freeport tidak peduli dan tidak pernah menanggapi keluhan itu.
Tetapi dalam konferensi pers bersama hari Rabu dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Presiden dan CEO Freeport McMoRan Richard Adkerson mengatakan dia tidak punya alasan untuk meyakini bahwa standar keamanan di fasilitas pelatihan itu tidak layak.
Richard mengatakan, "Saya memberitahu Menteri bahwa jika saya berada di sana hari itu, saya akan bergabung dengan para pekerja di tambang itu karena kami tidak khawatir atau takut tentang keamanannya. Dan, itu sebabnya kita perlu memahami mengapa hal ini terjadi. Kami tidak menganggap tempat ini berbahaya. Jika kami punya indikasi akan adanya bahaya, kami tidak akan membiarkan pekerja berada di sana."
Adkerson mengatakan bahwa keselamatan dalam semua operasi pertambangan bawah tanah akan ditinjau kembali dan perusahaan akan transparan tentang temuannya.
Menteri ESDM Jero Wacik juga menegaskan bahwa sebuah tim independen, termasuk pakar ilmu geoteknik dan pertambangan bawah tanah dari Indonesia dan Internasional akan menyelidiki penyebab insiden tersebut.
Para pekerja Freeport sedang mengikuti sesi pelatihan keselamatan ketika terowongan yang menuju ke fasilitas pelatihan bawah tanah Freeport-McMoran runtuh Selasa lalu.
Sepuluh orang berhasil menyelamatkan diri, lima tewas seketika dan 23 lainnya terperangkap. Walaupun dilakukan upaya penyelamatan yang intensif seminggu ini, tidak ada korban selamat yang ditemukan. Jumlah korban tewas mencapai 28 orang.
Freeport McMoRan langsung memberikan kompensasi kepada keluarga korban, termasuk memberikan beasiswa bagi anak-anak mereka.
Tapi pertanyaan tentang standar keselamatan fasilitas pelatihan bawah tanah itu masih belum terjawab.
Pejabat Serikat Pekerja Freeport Virgo Solossa mengatakan kepada VOA perusahaan seharusnya bisa berbuat lebih banyak untuk memastikan standar keselamatan.
“(Ketika para pekerja ditanya tentang) apa pesan dan kesan mengikuti kegiatan ini, rata-rata semua peserta yang ikut disitu, menginginkan agar kegiatan annual refresher itu tidak dilakukan di dalam underground, kalau boleh dilakukan di Timika, atau di daerah 68. Semua peserta menginginkan hal itu karena tidak mau agenda (pelatihan keselamatan) itu terjadi di dalam underground. Kita (mengikuti) orientasi tentang safety, tapi tidak berada di tempat yang safe,” ujar Virgo.
Dia mengatakan insiden itu seharusnya bisa dihindari jika pusat pelatihan itu dipindahkan ke permukaan tanah seperti yang sudah diminta berulang kali oleh para pekerja.
Dia menambahkan Freeport tidak peduli dan tidak pernah menanggapi keluhan itu.
Tetapi dalam konferensi pers bersama hari Rabu dengan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Presiden dan CEO Freeport McMoRan Richard Adkerson mengatakan dia tidak punya alasan untuk meyakini bahwa standar keamanan di fasilitas pelatihan itu tidak layak.
Richard mengatakan, "Saya memberitahu Menteri bahwa jika saya berada di sana hari itu, saya akan bergabung dengan para pekerja di tambang itu karena kami tidak khawatir atau takut tentang keamanannya. Dan, itu sebabnya kita perlu memahami mengapa hal ini terjadi. Kami tidak menganggap tempat ini berbahaya. Jika kami punya indikasi akan adanya bahaya, kami tidak akan membiarkan pekerja berada di sana."
Adkerson mengatakan bahwa keselamatan dalam semua operasi pertambangan bawah tanah akan ditinjau kembali dan perusahaan akan transparan tentang temuannya.
Menteri ESDM Jero Wacik juga menegaskan bahwa sebuah tim independen, termasuk pakar ilmu geoteknik dan pertambangan bawah tanah dari Indonesia dan Internasional akan menyelidiki penyebab insiden tersebut.