KAIRO, MESIR —
Para penentang Ikhwanul Muslimin di Mesir menyambut dengan bersemangat larangan mengenai semua kegiatan yang dilakukan oleh kelompok Islamis dan penyitaan aset-asetnya.
Seorang warga Kairo, Ahmed Tolba mengatakan, "Mereka membuat banyak kesalahan dan ini adalah akibat kesalahan-kesalahan itu. Saya mendukung keputusan dan penyitaan itu.”
Keputusan pengadilan hari Senin (23/9) yang menyangkut semua tindakan yang dilakukan kelompok itu merupakan kekalahan terbaru bagi kelompok tersebut.
Dari penggulingan Presiden Mesir, dan anggota Ikhwanul Muslimin Mohamed Morsi awal bulan Juli, sampai penumpasan terhadap para pendukungnya yang mengakibatkan sekitar 1.000 orang tewas, dan ribuan orang lainnya ditahan atau melarikan diri, Ikhwanul Muslimin mengalami masa-masa paling gelap sejak diberlakukannya larangan kegiatan sebelumnya tahun 1954.
Itu tidak menjadi soal bagi sebagian orang , yang mengikuti jalur pemerintah bahwa kelompok politik Islamis itu merupakan sekutu dekat, atau sama dengan kelompok ekstremis yang melakukan serangan di seluruh negara.
Sameh Samir, warga Kairo lainnya mengatakan, "Kelompok yang menumpahkan darah sesama warga Mesir, atau menumpahkan darah siapa saja, harus dianggap sebagai kelompok tidak sah dan kelompok teroris. Mereka membunuh anak-anak muda pada usia prima mereka di Sinai dan mengambil uang warga Mesir dan menggunakannya untuk kelompok mereka.”
Para pemimpin Ikhwanul Muslimin bertekad akan naik banding atas keputusan pengadilan tersebut, dan para pendukungnya mengatakan, akan melanjutkan demonstrasi, yang terus berlangsung meskipun keadaan darurat telah diberlakukan hampir di seluruh negara.
Para aktivis HAM juga menyatakan cemas atas apa yang mereka khawatirkan mungkin akan menjadi pertentangan yang lebih besar di negara itu.
Heba Morayev dari Human Rights Watch mengatakan, “Kita telah bergerak ke tahap di mana tampaknya ada keputusan politik untuk mengeluarkan Ikhwanul Muslimin dari masa depan politik Mesir. Saya rasa tanpa keikut-sertaan Ikhwanul Muslimin tidak akan ada kestabilan pada masa depan Mesir.”
Pihak-pihak lain khawatir, kalau Ikhwanul Muslimin disingkirkan akan menyebabkan beberapa kelompok-kelompok ekstrim berpendapat bahwa tidak ada jalan lain kecuali melakukan kekerasan.
Seorang warga Kairo, Ahmed Tolba mengatakan, "Mereka membuat banyak kesalahan dan ini adalah akibat kesalahan-kesalahan itu. Saya mendukung keputusan dan penyitaan itu.”
Keputusan pengadilan hari Senin (23/9) yang menyangkut semua tindakan yang dilakukan kelompok itu merupakan kekalahan terbaru bagi kelompok tersebut.
Dari penggulingan Presiden Mesir, dan anggota Ikhwanul Muslimin Mohamed Morsi awal bulan Juli, sampai penumpasan terhadap para pendukungnya yang mengakibatkan sekitar 1.000 orang tewas, dan ribuan orang lainnya ditahan atau melarikan diri, Ikhwanul Muslimin mengalami masa-masa paling gelap sejak diberlakukannya larangan kegiatan sebelumnya tahun 1954.
Itu tidak menjadi soal bagi sebagian orang , yang mengikuti jalur pemerintah bahwa kelompok politik Islamis itu merupakan sekutu dekat, atau sama dengan kelompok ekstremis yang melakukan serangan di seluruh negara.
Sameh Samir, warga Kairo lainnya mengatakan, "Kelompok yang menumpahkan darah sesama warga Mesir, atau menumpahkan darah siapa saja, harus dianggap sebagai kelompok tidak sah dan kelompok teroris. Mereka membunuh anak-anak muda pada usia prima mereka di Sinai dan mengambil uang warga Mesir dan menggunakannya untuk kelompok mereka.”
Para pemimpin Ikhwanul Muslimin bertekad akan naik banding atas keputusan pengadilan tersebut, dan para pendukungnya mengatakan, akan melanjutkan demonstrasi, yang terus berlangsung meskipun keadaan darurat telah diberlakukan hampir di seluruh negara.
Para aktivis HAM juga menyatakan cemas atas apa yang mereka khawatirkan mungkin akan menjadi pertentangan yang lebih besar di negara itu.
Heba Morayev dari Human Rights Watch mengatakan, “Kita telah bergerak ke tahap di mana tampaknya ada keputusan politik untuk mengeluarkan Ikhwanul Muslimin dari masa depan politik Mesir. Saya rasa tanpa keikut-sertaan Ikhwanul Muslimin tidak akan ada kestabilan pada masa depan Mesir.”
Pihak-pihak lain khawatir, kalau Ikhwanul Muslimin disingkirkan akan menyebabkan beberapa kelompok-kelompok ekstrim berpendapat bahwa tidak ada jalan lain kecuali melakukan kekerasan.