Tautan-tautan Akses

Pembatasaan Melonggar, Pawang Hujan Kembali Diminati


Pawang hujan tradisional, Ki Joko Sapu Jagat (57), membawa sesajen dan dupa menjelang perhelatan yang akan diselenggarakan di luar ruangan di pinggiran Jakarta, 17 Oktober 2021. (REUTERS/Adi Kurniawan)
Pawang hujan tradisional, Ki Joko Sapu Jagat (57), membawa sesajen dan dupa menjelang perhelatan yang akan diselenggarakan di luar ruangan di pinggiran Jakarta, 17 Oktober 2021. (REUTERS/Adi Kurniawan)

Berbagai pembatasan terkait penanggulangan pandemi virus corona telah mulai dilonggarkan di Indonesia. Berbagai kegiatan skala besar, seperti perkawinan dan konser musik, boleh kembali digelar. Kebutuhan akan pawang hujan pun  kini kembali meningkat.  

Duduk bersila di tengah asap dupa dan piring-piring sesajen yang harum, Ki Joko Sapu-Jagat melakukan persiapan di rumahnya pada malam sebelum hari pertamanya kembali bekerja sebagai pawang hujan.

Setelah sepi panggilan selama berbulan-bulan, ia kini bisa kembali membuka bisnisnya untuk memastikan berbagai acara berlangsung tanpa gangguan hujan.

Terlepas dari pandangan skeptis sejumlah orang, banyak yang percaya bahwa pawang hujan mampu mengendalikan cuaca. Pawang hujan sering disewa untuk menjaga agar pernikahan, konser, dan bahkan acara-acara pemerintah bebas dari hujan.

Pawang hujan Ki Joko Sapu Jagat (57), bersiap melakukan ritual untuk menangkal hujan di Bekasi, 16 Oktober 2021. (REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana).
Pawang hujan Ki Joko Sapu Jagat (57), bersiap melakukan ritual untuk menangkal hujan di Bekasi, 16 Oktober 2021. (REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana).

"Prinsipnya kami bekerja tanpa mengubah alam. Sebaliknya kami membentengi area tempat kejadian," kata Ki Joko, 57, sambil menatap sekelompok awan kelabu yang terlihat tidak menyenangkan saat menjelaskan bagaimana ia menciptakan penghalang tak terlihat untuk memindahkan awan ke tempat lain.

Hari pertama Ki Joko kembali bekerja melibatkan pernikahan di tempat terbuka di Bekasi, Jawa Barat, yang dihadiri sekitar 400 orang. Hari itu, prakiraan cuaca menunjukan 75 persen kemungkinan turun hujan.

Anandita Sufian, panitia penyelenggara acara pernikahan itu mengatakan, “Acara di luar ruangan seperti ini bisa sangat berisiko terganggu hujan, jadi kami biasanya menawarkan pawang hujan kepada klien kami, atau kadang-kadang pemilik gedung atau tempat penyelenggaraan yang memberikan tawaran itu."

Sewaktu mengamati lokasi acara pernikahan itu, Ki Joko, yang mengenakan baju lurik tradisional dan destar batik, berhenti di sudut yang tenang dan menanamkan sejumlah pusaka berharga, termasuk segenggam keris-keris kecil, ke tanah di sekitar sepiring bunga segar.

Pawang hujan Ki Joko Sapu Jagat, menyalakan dupa sebagai bagian ritual menjelang pelaksanaan sebuah perhelatan di Bekasi, 16 Oktober 2021. (REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana)
Pawang hujan Ki Joko Sapu Jagat, menyalakan dupa sebagai bagian ritual menjelang pelaksanaan sebuah perhelatan di Bekasi, 16 Oktober 2021. (REUTERS/Ajeng Dinar Ulfiana)

Ki Joko berasal dari keluarga pawang hujan Bali, dan telah menjadi pawang hujan selama puluhan tahun. Ia mengaku, kemampuannya itu diwariskan ibunya pada akhir masa remajanya.

"Pekerjaan mereka antara 70-100 persen berhasil," kata Yata (hanya satu nama), manajer tempat acara pernikahan itu. "Ada situasi di mana kondisinya ekstrem dan tidak bisa dicegah, akhirnya hujan. Tapi kehadiran mereka sangat membantu untuk acara outdoor seperti ini."

Meskipun langit kelabu terlihat di atas lokasi pernikahan, tidak ada hujan yang turun selama acara berlangsung. Percaya atau tidak, Ki Joko mengaku usahanya berhasil. [ab/uh]

Recommended

XS
SM
MD
LG