Calon presiden dari Partai Demokrat yang juga Wakil Presiden, Kamala Harris, telah memfokuskan pernyataannya yang relatif singkat terkait Iran dalam satu konsep: pertahanan.
“Dan pahamilah: saya tidak akan pernah ragu untuk mengambil tindakan apapun yang diperlukan untuk mempertahankan pasukan dan kepentingan kita dari serangan Iran dan teroris yang mereka dukung,” kata Kamala Harris.
Dalam debat dengan seterunya dari Partai Republik, mantan presiden Donald Trump, dia berjanji akan memperluas pendepakatan pertahanan itu ke Israel, dengan mengatakan, “Saya akan selalu memberi Israel kemampuan untuk membela diri, khususnya jika itu terkait dengan Iran dan ancaman apapun yang diberikan Iran dan proksinya kepada Israel.”
Pemerintahan Biden-Harris telah membantu Israel mempertahankan diri melawan serangan udara yang belum pernah terjadi oleh Iran pada April lalu.
AS juga mengirim kapal-kapal perang ke kawasan itu bulan lalu, untuk mencegah Iran mengulangi tindakannya.
Penekanan pendekatan pertahanan ini bisa membuat Harris disukai sebagian orang Amerika, kata Michael O’Hanlon, direktur riset kebijakan luar negeri di Brookings Institution.
“Menurut saya, dia tahu bahwa orang Amerika lelah dengan perang dan dengan jelas tidak ingin mengesankan bahwa dia sedang mencari perang lagi. Dan karena itu, siapa yang bisa menolak kebijakan pertahanan, bukan? Tetapi orang Amerika selalu khawatir tentang serangan. Jadi, mungkin itu bisa menjadi bagian dari kebijakan itu, terutama mengingat sejarah dalam seperempat abad terakhir,” ujar O’Hanlon.
Namun, pemerintahan Biden-Harris juga melihat peningkatan serangan proksi-proksi Iran pada Agustus lalu. Mereka menyerang pangkalan-pangkalan AS di Irak dan Suriah, serta mengeksekusi seorang sandera AS di Gaza.
Victoria Coates, wakil presiden untuk keamanan nasional di Heritage Foundation mengatakan, bahwa insiden-insiden itu menyoroti sebuah kelemahan dalam strategi Amerika Serikat.
“Tidak ada pembalasan dari Amerika Serikat. Mereka mempertahankan postur pertahanan itu. Kekhawatiran saya adalah bahwa Iran menerima pesan itu, bahwa mereka bisa terus memprovokasi dan meningkatkan eskalasi sesuai dengan keinginan mereka, dan yang akan dilakukan Amerika Serikat hanyalah merespons, bukan mengambil inisiatif,” ujar Coates.
Sementara itu, Trump menekankan catatannya terkait pemberian sanksi terhadap Iran karena perilaku jahat negara itu ketika dia menjadi presiden.
“Saya sampaikan kepada China dan negara-negara lain, “Jika kalian membeli dari Iran, kami tidak akan membiarkan kalian menjalankan bisnis apapun di negara ini, dan kami akan mengenakan tariff 100 persen atau bahkan lebih untuk setiap produk yang kalian kirim ke Amerika Serikat,” ujar Trump.
Dalam debat, dia menuduh pemerintahan Biden-Harris memperkaya Iran dan proksi-proksinya dengan meringankan tekanan tersebut.
Dia juga berjanji akan menyudahi ancaman Iran, tetapi tidak menjelaskan lebih lanjut. Dia mengatakan, “Lihat apa yang terjadi Timur Tengah. Saya akan menyelesaikan masalah di sana dan dengan cepat.”
Selama masa pemerintahannya, Trump menerapkan tindakan “tekanan penuh” sepanjang dua tahun terhadap Iran.
Trump tidak mau berkomitmen lagi pada strategi itu. Dengan begitu, dia mempunyai pilihan untuk mengupayakan kebijakan baru yang menekan Iran dengan lebih cepat.
Satu kesamaan antara Harris dan Trump adalah bahwa tidak ada satupun dari keduanya yang mengungkapkan apa yang akan mereka lakukan jika Iran memproduksi bom nuklir, kemungkinan yang telah diisyaratkan oleh para pejabat Iran. [ns/ka]
Forum