Ahli pemasaran Hermawan Kertajaya mengatakan bahwa pelaku industri pariwisata di Bali harus menghentikan praktik promosi pariwisata dengan pemberian diskon untuk menarik wisatawan, karena hanya akan mendatangkan mereka yang selalu memanfaatkan potongan harga tersebut.
Pada diskusi di Denpasar, Kamis (4/10), Hermawan mengatakan bahwa pemberian diskon tidak akan membantu mewujudkan pariwisata yang berkualitas. Promosi pariwisata, menurut presiden Asosiasi Pemasaran Dunia tersebut, harus mulai dilakukan dengan memanfaatkan media jejaring sosial.
“[Gunakanlah] cara-cara horizontal, gerakan komunitas, twitter, facebook… Gunakan [mekanisme] dengan biaya rendah dan memberi dampak besar. Promosi bukan hanya lewat media, tapi semua orang di Bali, termasuk pemandu wisatanya juga bisa melakukannya,” ujar CEO Mark Plus Inc. itu.
Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Perry Markus, menyatakan maraknya pemberian diskon oleh pengelola akomodasi wisata terjadi karena adanya persaingan usaha, apalagi jumlah akomodasi wisata di Bali terus bertambah. Dengan alasan masa promosi, pengelola akomodasi memberlakukan program diskon dalam waktu yang panjang, ungkapnya.
“Harapan kita, promo jangan terjadi sepanjang tahun dan berlanjut lagi, dari enam bulan sampai satu tahun. Ini suatu persaingan, hukum pasar pasti berlaku, mana harga yang murah, orang pasti ingin kesana, apalagi baru,” ujar Perry.
Pemilik Hotel Griya Santrian Sanur, Ida Bagus Sidartha Putra, mengusulkan kepada pemerintah provinsi Bali untuk menetapkan standar harga terendah bagi akomodasi wisata untuk menghindari perang harga antar pengelola akomodasi wisata.
“Bila perlu dijadikan peraturan pemerintah, ditentukan batas bawah suatu level harga. Misalnya bintang dua, level bawahnya berapa dia harus jualan. Kalau bintang lima level bawahnya berapa dia harus jualan, kalau tingginya silakan setinggi-tingginya, tapi level bawah yang kita perlukan,” ujar Sidartha.
Sebelumnya, Gubernur Bali Made Mangku Pastika menargetkan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali mencapai lima juta wisatawan pada 2015. Data Dinas Pariwisata Bali menunjukkan jumlah wisatawan mancanegara ke Bali pada semester pertama tahun ini mencapai 1,6 juta orang, atau meningkat 7,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pada diskusi di Denpasar, Kamis (4/10), Hermawan mengatakan bahwa pemberian diskon tidak akan membantu mewujudkan pariwisata yang berkualitas. Promosi pariwisata, menurut presiden Asosiasi Pemasaran Dunia tersebut, harus mulai dilakukan dengan memanfaatkan media jejaring sosial.
“[Gunakanlah] cara-cara horizontal, gerakan komunitas, twitter, facebook… Gunakan [mekanisme] dengan biaya rendah dan memberi dampak besar. Promosi bukan hanya lewat media, tapi semua orang di Bali, termasuk pemandu wisatanya juga bisa melakukannya,” ujar CEO Mark Plus Inc. itu.
Sekretaris Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Bali, Perry Markus, menyatakan maraknya pemberian diskon oleh pengelola akomodasi wisata terjadi karena adanya persaingan usaha, apalagi jumlah akomodasi wisata di Bali terus bertambah. Dengan alasan masa promosi, pengelola akomodasi memberlakukan program diskon dalam waktu yang panjang, ungkapnya.
“Harapan kita, promo jangan terjadi sepanjang tahun dan berlanjut lagi, dari enam bulan sampai satu tahun. Ini suatu persaingan, hukum pasar pasti berlaku, mana harga yang murah, orang pasti ingin kesana, apalagi baru,” ujar Perry.
Pemilik Hotel Griya Santrian Sanur, Ida Bagus Sidartha Putra, mengusulkan kepada pemerintah provinsi Bali untuk menetapkan standar harga terendah bagi akomodasi wisata untuk menghindari perang harga antar pengelola akomodasi wisata.
“Bila perlu dijadikan peraturan pemerintah, ditentukan batas bawah suatu level harga. Misalnya bintang dua, level bawahnya berapa dia harus jualan. Kalau bintang lima level bawahnya berapa dia harus jualan, kalau tingginya silakan setinggi-tingginya, tapi level bawah yang kita perlukan,” ujar Sidartha.
Sebelumnya, Gubernur Bali Made Mangku Pastika menargetkan jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali mencapai lima juta wisatawan pada 2015. Data Dinas Pariwisata Bali menunjukkan jumlah wisatawan mancanegara ke Bali pada semester pertama tahun ini mencapai 1,6 juta orang, atau meningkat 7,7 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.