POSO/JAKARTA —
Seorang pengendara sepeda motor tak dikenal melakukan pemboman bunuh diri di Markas Kepolisian Resor Poso, Sulawesi Tengah, ujar polisi Senin (3/6).
Kepala Polres Poso AKBP Susnadi mengatakan pria tersebut mencoba memasuki Mapolres pada Senin pagi aat bom yang dibawanya meledak pada pukul 8.03, menewaskannya seketika. Seorang pekerja bangunan terkena ledakan bom di tangannya. Sementara itu, tidak ada polisi yang tewas atau terluka.
“Ia melawan ketika petugas menghentikannya di pos penjagaan di pintu masuk,” ujar Susnadi.
“Namun sekitar 15 meter dari pos, bom yang ia bawa meledak dekat masjid.”
Susnadi mengatakan pria itu berusia antara 30 dan 35 tahun. Ia mengatakan sejauh ini belum ada yang mengaku mengenal pria tersebut.
Susnadi menambahkan polisi sedang memeriksa dari mana sepeda motor itu berasal dan apakah pria tersebut berasal dari wilayah tersebut.
Hafid, 59, tukang bangunan yang mengalami luka pada lengan kirinya menjelaskan ledakan bom itu terjadi sangat kuat di saat ia sedang mengangkut pasir dan semen untuk renovasi Masjid At-Taqwa Polres Poso.
"Saya lari ke belakang mobil. Kemudian karena saya lihat tangan
saya sudah basah dengan darah, saya buka baju, kemudian saya dibawa berobat," ujarnya.
Saat ini Kepolisian Resort Poso memberlakukan siaga satu di Kabupaten
Poso. Selain Polres, pengamanan di 13 Polsek juga ditingkatkan. Petugas diharapkan mewaspadai tindak terorisme yang menargetkan aparat Kepolisian di Poso.
Poso memiliki sejarah kekerasan. Konflik Muslim-Kristen di daerah tersebut menewaskan sedikitnya 1.000 orang dari 1998 sampai 2002.
Di Jakarta, juru bicara Kepolisian Republik Indonesia (Polri), Brigjen Boy Rafli Amar mengatakan, penyelidikan awal menunjukkan persamaan-persamaan antara serangan tersebut dan serangan teroris sebelumnya terhadap polisi.
"Diduga kuat bahwa peristiwa di Mapolres Poso merupakan bagian dari kelompok teror yang selama ini melakukan hal serupa di beberapa tempat. Seperti halnya tahun lalu di (mesjid di dalam kompleks polres) Cirebon. Lalu ada penyerangan terhadap petugas yang terjadi di Surakarta dan beberapa tempat lainnya," ujarnya.
Pelaku bom bunuh diri di Mapolres Poso ini tambah Boy diduga meletakkan bom rakitan di bagian paha. Hal ini diketahui saat tim Disaster Victim Identification (Identifikasi Korban Bencana, DVI) Mabes Polri memeriksa bagian-bagian tubuh pelaku yang telah hancur. Nantinya, menurut Boy, akan diketahui jenis bom yang meledak itu apakah berdaya ledak rendah atau berdaya ledak tinggi.
Kepala Polres Poso AKBP Susnadi mengatakan pria tersebut mencoba memasuki Mapolres pada Senin pagi aat bom yang dibawanya meledak pada pukul 8.03, menewaskannya seketika. Seorang pekerja bangunan terkena ledakan bom di tangannya. Sementara itu, tidak ada polisi yang tewas atau terluka.
“Ia melawan ketika petugas menghentikannya di pos penjagaan di pintu masuk,” ujar Susnadi.
“Namun sekitar 15 meter dari pos, bom yang ia bawa meledak dekat masjid.”
Susnadi mengatakan pria itu berusia antara 30 dan 35 tahun. Ia mengatakan sejauh ini belum ada yang mengaku mengenal pria tersebut.
Susnadi menambahkan polisi sedang memeriksa dari mana sepeda motor itu berasal dan apakah pria tersebut berasal dari wilayah tersebut.
Hafid, 59, tukang bangunan yang mengalami luka pada lengan kirinya menjelaskan ledakan bom itu terjadi sangat kuat di saat ia sedang mengangkut pasir dan semen untuk renovasi Masjid At-Taqwa Polres Poso.
"Saya lari ke belakang mobil. Kemudian karena saya lihat tangan
saya sudah basah dengan darah, saya buka baju, kemudian saya dibawa berobat," ujarnya.
Saat ini Kepolisian Resort Poso memberlakukan siaga satu di Kabupaten
Poso. Selain Polres, pengamanan di 13 Polsek juga ditingkatkan. Petugas diharapkan mewaspadai tindak terorisme yang menargetkan aparat Kepolisian di Poso.
Poso memiliki sejarah kekerasan. Konflik Muslim-Kristen di daerah tersebut menewaskan sedikitnya 1.000 orang dari 1998 sampai 2002.
Di Jakarta, juru bicara Kepolisian Republik Indonesia (Polri), Brigjen Boy Rafli Amar mengatakan, penyelidikan awal menunjukkan persamaan-persamaan antara serangan tersebut dan serangan teroris sebelumnya terhadap polisi.
"Diduga kuat bahwa peristiwa di Mapolres Poso merupakan bagian dari kelompok teror yang selama ini melakukan hal serupa di beberapa tempat. Seperti halnya tahun lalu di (mesjid di dalam kompleks polres) Cirebon. Lalu ada penyerangan terhadap petugas yang terjadi di Surakarta dan beberapa tempat lainnya," ujarnya.
Pelaku bom bunuh diri di Mapolres Poso ini tambah Boy diduga meletakkan bom rakitan di bagian paha. Hal ini diketahui saat tim Disaster Victim Identification (Identifikasi Korban Bencana, DVI) Mabes Polri memeriksa bagian-bagian tubuh pelaku yang telah hancur. Nantinya, menurut Boy, akan diketahui jenis bom yang meledak itu apakah berdaya ledak rendah atau berdaya ledak tinggi.