Kepala daerah Valencia di Spanyol timur mengakui pada Jumat (15/11) atas "kesalahan" dalam menangani banjir paling mematikan di negara itu dalam beberapa dekade yang menewaskan 216 orang di sana.
"Saya tidak akan menyangkal kesalahan," kata Carlos Mazon kepada parlemen daerah dalam pidatonya, seraya menambahkan bahwa ia "tidak akan mengelak dari tanggung jawab apa pun."
Sebagai kepala pemerintah daerah "saya ingin meminta maaf" kepada mereka yang "merasa" bahwa "bantuan tidak datang atau tidak cukup," tambahnya.
Bencana pada 29 Oktober menandai banjir paling mematikan di negara itu dalam beberapa dekade. Sebanyak 224 orang tewas di seluruh negeri, dengan 216 di antaranya di Valencia.
Puluhan pengunjuk rasa berkumpul di luar parlemen daerah, mencemooh dan meneriakkan slogan-slogan yang menuntut pengunduran dirinya, saat dia menyampaikan pidato tersebut.
Banjir telah merusak infrastruktur, menghancurkan bangunan, dan merendam ladang-ladang. Total kerugian diperkirakan mencapai puluhan miliar euro.
Hampir setengah dari korban tewas di wilayah Valencia, Spanyol, selama banjir baru-baru ini berusia 70 tahun atau lebih dan 26 orang di antaranya adalah warga negara asing, termasuk dua warga negara Inggris.
Kemarahan terhadap pihak berwenang atas kesalahan manajemen yang mereka lakukan sebelum dan sesudah banjir memicu protes massal pada hari Sabtu, yang merupakan protes terbesar di kota Valencia yang menarik 130.000 orang.
Para kritikus mempertanyakan efisiensi sistem peringatan di wilayah Valencia selama hujan lebat pada Oktober, ketika dalam beberapa kasus, baru sampai ke telepon warga ketika air banjir sudah membanjiri kota-kota.
Banyak penduduk setempat juga mengeluh bahwa mereka tidak mendapatkan makanan dan air selama berhari-hari, dan harus bergantung pada bantuan yang diberikan oleh relawan, bukan pemerintah. [es/ft]