Seruan-seruan meminta perubahan peraturan imigrasi, yang dipimpin oleh Presiden Donald Trump, makin kuat setelah seorang warga negara Bangladesh meledakan bom pipa buatan sendiri, Senin (11/12) pagi, di dekat terminal bus Port Authority di New York.
"Sistem undian dan migrasi berantai, akan kita akhiri dengan segera. Kongres harus segera dilibatkan, dan mereka segera dilibatkan, dan saya dapat katakankitapunya dukungan yang luar biasa, semuanya peraturan itu akan berakhir," kata Presiden Trump, Selasa (12/12).
Rantai migrasi mengacu pada orang-orang yang mensponsori anggota keluarga untuk datang ke Amerika.
Departemen Keamanan Dalam Negeri yang disingkat DHS, mengatakan bahwa pelaku pemboman berusia 27 tahun, bernama Akayed Ullah, masuk ke Amerika pada 2011, setelah menunjukkan paspor dengan visa keluarga imigran F- 43 – jenis visa untuk tinggal dengan sah di Amerika dan biasanya diberikan kepada anak-anak saudara kandung orang yang telah menjadi warga negara Amerika.
Jaksa Agung Amerika Jeff Sessions ikut mendorong reformasi imigrasi dalam konferensi pers di Baltimore. Sessions mengatakan telah terjadi dua serangan teroris di New York dalam beberapa bulan terakhir yang dilakukan oleh orang-orang yang berada di Amerika Serikat, "akibat dari kebijakan imigrasi yang gagal."
"Seseorang menang lotere visa di Bangladesh.Dia datang ke sini. Dia kemudian, melalui proses migrasi berantai, membawa saudara perempuannya dan saudaranya itu membawa anaknya," kata Sessions.
Para pendukung imigran mengatakan, pernyataan itu merupakan usaha untuk merongrong keluarga imigran dan masyarakat. [sp/ii]