Tautan-tautan Akses

Pemimpin Dewan Kepresidenan Haiti Dukung Misi PBB Perangi Geng-geng di Haiti


Konvoi polisi Kenya yang ditugaskan ke Haiti sebagai bagian dari misi PBB tampak melakukan patroli di ibu kota Port-au-Prince (foto: dok).
Konvoi polisi Kenya yang ditugaskan ke Haiti sebagai bagian dari misi PBB tampak melakukan patroli di ibu kota Port-au-Prince (foto: dok).

Pemimpin Haiti Edgar Leblanc Fils mengatakan di hadapan Majelis Umum PBB pada Kamis (26/9) bahwa ia mendukung misi perdamaian PBB untuk memerangi kekerasan geng yang masih membuat pihak berwenang di Haiti kewalahan.

Amerika Serikat mengusulkan misi perdamaian PBB awal bulan ini sebagai cara untuk mengamankan lebih banyak sumber daya bagi misi PBB pimpinan Kenya yang disebut para pejabat kekurangan personel dan dana.

“Saya percaya bahwa perubahan status ini – meski mengakui bahwa kesalahan di masa lalu tidak boleh terulang – akan menjamin keberhasilan penuh misi ini di Haiti,” kata Leblanc, Presiden Dewan Kepresidenan Transisi Haiti.

Pada Rabu (25/9), Fils bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan sejumlah pejabat lain untuk membahas kondisi misi, yang dimulai ketika kontingen pertama kepolisian Kenya tiba di Haiti akhir Juni lalu.

Sejumlah hampir 400 polisi Kenya kini berada di Haiti bersama hampir dua lusin polisi dan tentara asal Jamaika.

Jumlah petugas yang diterjunkan jauh lebih sedikit dari jumlah yang dijanjikan oleh berbagai negara, termasuk Chad, Benin, Bangladesh dan Barbados, yaitu sebanyak 2.500 personel untuk misi tersebut.

Dalam pidatonya di sidang Majelis Umum PBB, Leblanc juga mengatakan bahwa pemerintah Haiti prihatin akan semua warga “pekerja keras” yang terpaksa bermigrasi, meninggalkan negara mereka akibat kondisi yang tidak aman dan berharap mereka dapat kembali setelah kondisinya membaik.

Ia berterima kasih kepada pihak-pihak yang menunjukkan solidaritas terhadap para migran asal Haiti, “terutama mereka yang berada di Springfield”. Imigran asal Haiti yang tinggal di kota di negara bagian Ohio itu mendapatkan ancaman setelah mantan Presiden AS Donald Trump secara keliru menuduh para imigran menculik dan memakan hewan-hewan peliharaan.

“Semangat yang secara alami menggelora selama kampanye pemilu tidak seharusnya menjadi dalih untuk memicu xenophobia maupun rasisme di suatu negara seperti Amerika Serikat, sebuah negara yang dibangun oleh imigran,” ungkapnya. [rd/ns]

Forum

Recommended

XS
SM
MD
LG