Tautan-tautan Akses

Pemimpin Dunia Mulai Berkumpul untuk Sidang Tahunan PBB


Bendera negara-negara anggota PBB di luar gedung Majelis Umum PBB di New York. (Foto:dok)
Bendera negara-negara anggota PBB di luar gedung Majelis Umum PBB di New York. (Foto:dok)

Para pemimpin dunia mulai hari Minggu 17 September berkumpul di New York untuk mengikuti sidang tahunan Majelis Umum PBB dengan agenda yang sibuk di tengah berlangsungnya berbagai konflik, termasuk peningkatan aktivitas nuklir dan rudal balistik Korea Utara, dan memburuknya krisis kemanusiaan di Myanmar.

Dua minggu lalu, Korea Utara melakukan uji nuklir bawah tanah yang memicu kecaman internasional dan serangkaian sanksi ekonomi baru yang sangat keras. Hari Jum’at lalu (15/9) Pyongyang menantang dengan meluncurkan sebuah rudal melewati Jepang menuju ke Samudera Pasifik, yang kedua dalam satu bulan. Apa yang harus dilakukan terhadap Kim Jong Un dan ambisi nuklirnya akan menjadi prioritas tinggi diskusi para pemimpin, tetapi kecil kemungkinan akan menghasilkan solusi.

“Akan ada banyak pembicaraan tentang Korea Utara di PBB. Namun kenyataannya, satu-satunya peluang untuk melakukan terobosan diplomatik terletak pada perundingan bilateral Amerika-Tiongkok, tidak melalui diplomasi PBB,” kata Richard Gowan, dari the European Council on Foreign Relations.

Sementara itu di Myanmar sekitar 400 ribu warga minoritas MuslimRohingya telah melarikan diri akibat aksi kekerasan oleh militer, dan mengungsi ke negara tetangganya, Bangladesh.

Pemimpin de facto Myanmar Aung San Suu Kyi tidak akan menghadiri sidang Majelis Umum PBB di tengah kecaman bahwa ia tidak berbuat lebih banyak untuk menghentikan kekerasan. Meskipun Aung San Suu Kyi tidak hadir, dua pertemuan tingkat tinggi PBB direncanakan akan membahas krisis di Myanmar yang kian memuncak.

Para pemimpin juga akan berupaya membujuk Presiden Trump untuk tidak menarik diri dari perjanjian tahun 2015 mengenai penghentian yang menghentikan pengembangan bom nuklir Iran. Trump menyebut perjanjian itu “buruk” dan mengancam akan membatalkannya.

“Saya pikir ini adalah perjanjian yang sangat penting. Saya kira kesepakatan ini menghasilkan de-eskalasi dan merupakan faktor stabilitas. Dalam pandangan saya, semua pihak seharusnya sedapat mungkin berusaha mempertahankan perjanjian ini,” kata Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres.

Para pemimpin dunia juga akan membahas badai Irma yang menghancurkan sebagian Karibia dan bagian selatan Florida. Mereka akan memusatkan perhatian pada tanggapan badai dan membangun komunitas yang lebih tahan perubahan iklim dan bencana alam.

Banyak yang bertanya-tanya apakah badai Irma dan badai Harvey – yang menimbulkan banjir di bagian tenggara Texas – akan meyakinkan Presiden Trump untuk membatalkan keputusannya menarik diri dari perjanjian iklim Paris yang ditandatangani lebih dari 190 negara.

“Trump telah menyampaikan beberapa isyarat bahwa mungkin ia tidak akan menarik diri dari perjanjian itu. Jika ia mengatakan sesuatu seperti itu di New York, ini akan menjadi kemenangan diplomatik yang besar baginya karena pemimpin-pemimpin lain akan menyambutnya dengan sangat gembira,” kata Gowan.

Sejumlah nama besar seperti Presiden Rusia Vladimir Putin, Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Kanselir Jerman Angela Merkel tidak akan menghadiri sidang Majelis Umum PBB tahun ini. Sementara bagi Donald Trump dan Presiden Perancis Emmanuel Macron ini adalah kali pertama mereka menghadirinya; dan semua perhatian akan tertuju pada mereka. [em/ds]

XS
SM
MD
LG