Para pemimpin dunia sepakat untuk berhenti mengirimkan bantuan militer kepada pihak-pihak yang bertikai di Libya dan untuk menjatuhkan sanksi kepada mereka yang melanggar gencatan senjata. Tapi tidak ada komitmen untuk menarik dukungan militer sekarang ini.
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mewakili AS dalam KTT di Berlin Minggu (19/1). Jenderal Khalifa Haftar menantang pemerintah yang didukung PBB di Tripoli.
Pada akhir KTT Minggu (19/1), Kanselir Jerman Angela Merkel mengatakan bahwa semua peserta, termasuk pihak-pihak yang berkepentingan dalam konflik di Libya, telah sepakat bahwa perdamaian di Libya hanya bisa dicapai melalui perundingan, bukan penggunaan kekuatan militer.
"Kita harus memastikan agar semua pihak yang terkait dengan konflik, berbicara dengan satu suara. Itu adalah tujuan konferensi hari ini. Karena dengan itu, pihak-pihak di Libya juga akan memahami bahwa hanya ada satu solusi yaitu non militer. Dan kita telah mencapai hasil itu," kata Merkel.
KTT itu diserukan setelah sebuah gencatan senjata sementara yang diupayakan Rusia dan Turki, gagal. Jenderal Haftar yang berpengaruh di Libya, menguasai bagian timur negara itu dan didukung oleh Rusia, Mesir dan Uni Emirat Arab. Pemerintah di Tripoli, yang dipimpin oleh Fayez al-Sarraj didukung oleh PBB, AS, sebagian Uni Eropa dan Turki. Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan berterima kasih kepada Sarraj karena menyepakati gencatan senjata. Erdogan mendesak Haftar untuk melakukan hal yang sama.
Berbagai laporan berita mengatakan pasukan Haftar Sabtu (18/1) memblokir ekspor minyak dari pelabuhan-pelabuhan utama dan keesokan harinya ketika KTT berjalan, mereka menutup jalur-jalur pipa di Libya. Minyak adalah salah satu sumber pendapatan Libya.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan rakyat Libya sudah sangat menderita dalam apa yang dikatakannya "konflik proxy."
Para pendukung kedua pihak di Libya melakukan aksi demonstrasi selama konferensi berlangsung di Berlin. (vm/jm)